TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU– Semangat kebersamaan dua top eksekutif Kota Kotamobagu Tatong Bara-Jainuddin Damopolii yang selama ini dikenal dengan akronim TB-Jadi surut di akhir masa jabatan. Nuansa memudarnya semangat kebersamaan pasangan yang menang di PIlkada 2013 itu, kian terlihat saat memasuki masa akhir jabatan mereka. Salah satu indikasinya terlihat memudarnya semangat kebersamaan dari ramainya dorongan agar keduanya berpisah, serta mencuatnya berbagai asumsi yang terkait dengan sebab musabab pecah kongsi tersebut.
Hampir dua tahun terakhir berakhir masa jabatan, desas-desus tentang masa depan hubungan Tatong-Jainuddin kian menjadi diskusi paling menarik diberbagai lapisan masyarakat Kotamobagu. Kabar ini seakan menambah rumitnya psikologis elit politik Kotamobagu dalam mengurai hubungan keduanya untuk bisa disandingkan kembali dalam Pilbup 2018 nanti.
Kepastian Tatong Bara untuk menggandeng kembali Jainuddin di periode ke-2, tampaknya masih misteri. Publik kian penasaran, karena dengan tahapan Pilkada Kotamobagu yang sudah berjalan, Tatong tak kunjung menunjukkan sikap secara terbuka.
Sebaliknya, kabar kian santer kalau Jainuddin berpotensi jadi kompetitor Tatong dalam memperebutkan posisi Walikota dalam Pilkada serentak di tahun 2018 nanti.
Dugaan itu juga diperkuat dengan munculnya beberapa figur yang disebut akan menggantikan Jainuddin Damopolii. Seperti nama Nayodo Koerniawan, drg Abdul Haris Mongilong serta figur lainnya yang dianggap sepadan untuk mendampingi Tatong Bara.
Pengamat politik BMR Muhamad Jabir berpendapat, jika peluang untuk berpasangan kembali TB-Jadi sangat kecil untuk dipasangkan lagi. Sebab, dari sikap politik keduanya memang sudah tidak searah lagi. “Bahkan keduanya makin menunjukan sikap nyata para pendaftaran bakal calon disejumlah partai yang kemarin dibuka. Intinya pasangan semangat TB-Jadi pudar di akhir masa jabatan,” kata Jabir.
Dia menilai, sikap politik Jainuddin Damopolii yang rencana mencalonkan diri pada posisi calon walikota, menunjukan jika keduanya sudah memposisikan diri sebagai rival politik di PIlkada. “Kalau kita melihat memang sudah nyata perpecahan kedua top eksekutif ini. TB-Jadi masing-masing mengkampanyekan diri maju sebagai calon walikota,” tuturnya.
Lebih jauh Jabir menilai bahwa nampaknya hubungan kedua tokoh itu sudah tak ada “chemistry” sebagai pasangan.
“Pak Jainuddin sudah bukan kelasnya jadi wakil, jadi dia cocok bersaing dengan Tatong Bara, peluangnya ada, dan besar, beliau sudah menduduki jabatan wakil bupati dan sudah dikenal,” terangnya.
Jabir juga mengibaratkan hubungan Tatong –Jainuddin seperti hubungan yang dibangun oleh dua insan yang tak lagi memiliki kesesuain.
“Ini kita berbicara apa yang kita lihat, dengar dan rasakan. Jadi saya sependapat dengan apa yang disampaikan para pendukung Pak Jainuddin, memang tidak cocok lagi kalau Jainuddin jadi wakil,” terangnya.
Sebagai perimbangan kekuatan lanjut Jabir harus pinta mencari figure papan dua yang dianggap mampu mendonrak suara nanti. Sebab untuk Pilkada Kotamobagu nanti, dipastian akan ditentukan oleh pasangan wakil walikota.
“Ada banyak kategori, dari politisi ada, dari birokrasi ada, dari pengusaha ada, dan dari kalangan intelektual, ada semua di Kotamobagu. Namun diingatkan jangan salah pasangan,” paparnya.
Jabir menilai posisi tertinggi Tatong Bara saat ini bukan jaminan untuk memenangkan pertarungan karena sejauh ini citra politiknya dan juga kiprahnya di pemerintahan tidak begitu cemerlang untuk dapat membungkam lawan politik. Beberapa tokoh politik dapat merepotkan Tatong jika mereka benar-benar fight adu visi misi dan giat melakukan kampanye politik.
Salah satu indikator Jainuddin layak hijrah menduduki kursi 01 karena dinilai cukup berhasil mendampingi Tatong Bara, khususnya berkaitan dengan pemerintahan dan kemasyrakatan yang melekat pada jabatan wakil walikota.
“Pak Jainuddin cukup diterima di masyarakat. Beliau juga cukup dekat dengan warga masyarakat sehingga menjadi modal politik maju menjadi 01,” ujarmya.
Penulis: Hasdy