TOTABUAN.CO-Dua bulan jelang digelarnya munaslub Partai Golkar, persaingan antar caketum Golkar kian memanas. Kali ini ada isu intimidasi dan politik uang kepada para pemilik suara di munaslub.
Persaingan Ade Komarudin (Akom) dan Setya Novanto (Setnov) yang terlihat paling tajam. Kedua belah pihak saling menuding dan menjatuhkan satu sama lain dengan berbagai opini di publik.
Tim Akom telah melakukan penjajakan ke berbagai daerah untuk dapat simpati para DPD I dan II Golkar. Akom dikawal langsung oleh Bambang Soesatyo, Mukhamad Misbakhun dan Ahmadi Noor Supit dalam pencalonannya sebagai caktum Golkar.
Sementara Setnov, didukung oleh Kahar Muzakir, Ridwan Bae dan Nurdin Halid dalam pencalonan ini. Meskipun Setnov dan timnya, masih diam-diam menggalang dukungan dan menyatakan maju dalam bursa Caketum Golkar.
Awalnya, isu janji Akom yang tak mau maju caketum Golkar karena sudah jadi ketua DPR dimainkan oleh Ridwan Bae. Akom pun berbalas. Dia mengungkit rekam jejak Setnov di kasus ‘Papa Minta Saham’.
Kali ini, Nurdin Halid menyebut jika ada salah satu caketum Golkar yang mainkan politik uang. Bagi-bagi uang ke DPD Golkar jelang munaslub.
“Jadi begini, kita kemarin ketemu seperti sebuah silahturahmi agar munas bisa berjalan transparan dan akuntabel,” kata Nurdin.
Dalam pertemuan itu, anggota DPD II mengungkap adanya calon kandidat membagikan uang. “Ada keresahan anggota karena ada kandidat tertentu yang membagi uang kepadanya,” jelas dia.
Menurut Nurdin, laporan anggota itu kemudian diskusikan. Mereka akhirnya mengeluarkan empat kesepakatan yang intinya melarang adanya politik transaksional dan kewajiban calon ketua umum untuk memaparkan visi misinya kepada DPD I dan DPD II.
Meski tak jelas siapa maksud caketum itu, namun pada akhir minggu lalu, tim Akom memang terlihat gerilya menggalang dukung di pulau Kalimantan dan Jawa. Bambang Soesatyo pun menjawab isu money politic tersebut.
“Kalau soal rumor bagi-bagikan uang, saya juga mendapat informasi ada caketum yang bagi-bagi uang mulai Rp 5 juta hingga 20.000 dolar AS dan menjanjikan Rp 1 miliar sampai Rp 2 miliar, satu suara saat pemilihan nanti,” kata Bamsoet ketika dihubungi diJakarta, Kamis (18/2).
Namun demikian, kata Bamsoet, isu demikian perlu dibuktikan kebenarannya dan tak perlu dibesar-besarkan. “Entah benar entah tidak, namanya juga rumor atau informasi. He-he-he. Kenapa harus panik? Santai saja,” terang dia.
Bamsoet tegaskan dirinya sama sekali tak bermain politik uang. “Nggak ada lah. Hari gini bagi-bagi uang, memangnya Sinterklas,” ujar Bamsoet.
sumber:merdeka.com