TOTABUAN.CO – Badan antariksa Jepang (Japan Aerospace Exploration JAXA) mengkonfirmasi bahwa satelit Astro-H telah hilang di luar angkasa.
Sejak akhir Maret lalu, JAXA menyatakan bahwa timnya kehilangan sinyal komunikasi dengan satelit astronomi sinar X Hitomi yang dikenal dengan nama Astro-H.
Awalnya, banyak yang menduga satelit Astro-H ini berada di luar jalur semestinya alias menyimpang dari orbit.
U.S. Joint Space Operations Center (JSpOC) melaporkan ada lima objek misterius yang diyakini puing antariksa sedang melayang di dekat orbit satelit Astro-H. Dari sini juga muncul indikasi Astro-H mungkin saja tertabrak puing antariksa.
Baru-baru ini JAXA telah mengkonfirmasi bahwa satelit Astro-H telah hilang.
Astronom dari Harvard-Smithsonian Jonathan McDowell mempublikasi kicauan di Twitter, menyatakan bahwa JAXA telah mengidentifikasi masalah pada pengontrol lokasi orbit sebelum satelit hilang.
JAXA meyakini bahwa ada anomali terjadi pada satelit yang mengakibatkannya hilang bak ditelan semesta lantaran tidak bisa melakukan kontak komunikasi dengan tim di Bumi.
“JAXA telah mengulas telemetri Astro-H, mengkonfirmasi kontrol lokasi orbit menjadi masalah utama. Hal ini terjadi sebelum adanya laporan puing antariksa,” cuit McDowell pada Minggu (3/4).
Konfirmasi tersebut bisa dibilang sebagai ‘bantahan’ bahwa satelit Astro-H tidak mengalami kerusakan karena terkena hantaman sampah antariksa.
McDowell menjelaskan, anomali kontrol letak orbit terjadi pada 25 Maret lalu pukul 19.10 waktu setempat, sementara ‘serangan’ puing antariksa yang melayang di area yang sama terjadi pada 26 Maret pukul 01.37 waktu setempat.
Mengutip situs The Register, seorang pengamat antariksa dari Belanda Marco Langbroek turut menyampaikan opininya bahwa faktor kemungkinan dari hilangnya satelit Astro-H ini adalah kegagalan dari tangki helium untuk mendinginkan instrumen spektometer sinar X.
Diketahui satelit Astro-H seharusnya mengangkasa pada jarak 580 kilometer di atas permukaan Bumi.
Satelit Astro-H adalah hasil kolaborasi JAXA dengan NASA dan diluncurkan pada 17 Februari lalu di Kagoshima Prefecture dengan bantuan roket H-2A. Pengembangan satelit ini menelan biaya US$365 juta atau setara Rp4,8 triliun.
Satelit Astro-H ini dilengkapi dengan empat teleskop sinar X dan dua detektor sinar gama. Instrumen tersebut sejak awal diharapkan bisa mengungkap misteri mengenai evolusi alam semesta dan lubang hitam yang dikenal sulit untuk diobservasi secara langsung karena mereka tidak memancarkan cahaya.
sumber:cnnindonesia.com