TOTABUAN.CO-Kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi mulai terjadi menyusul hujan yang tidak turun selama sepekan terakhir. Keringnya hutan dan lahan akibat panas terik yang melanda Jambi dimanfaatkan petani melakukan pembakaran untuk pembukaan maupun pembersihan lahan. Pembakaran hutan dan lahan tersebut pun memunculkan beberapa titik api (hot spot) di daerah tersebut.
Kepala Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jambi, Nurangesti Widyastuti di Kota Jambi, Jumat (11/3) mengatakan, potensi kebakaran hutan dan lahan (dalkarhutlah) di Jambi meningkat setiap hujan tidak turun di daerah itu. Hal tersebut nampak dari munculnya titik api di daerah itu.
“Berdasarkan pantauan satelit Terra dan Aqua, terpantau tiga titik api di Jambi, Kamis (10/3). Titik api tersebut terdapat di kawasan hutan dan lahan Kabupaten Batanghari, Kabupaten Muarojambi dan Kabupaten Tanjungjabung Barat. Titik api tersebut masih bisa bertambah jika hujan tidak turun di Jambi dan tradisi membakar lahan tidak bisa dihentikan,” katanya.
Pantauan SP di Kota Jambi, Kamis (10/3) petang hingga Jumat (11/3) pagi, munculnya titik api di beberapa kabupaten di Provinsi Jambi tidak sampai menimbulkan asap di Kota Jambi. Udara Kota Jambi masih tampak cerah dan jarak pandang di atas tiga kilometer.
Sementara itu Gubernur Jambi, Zumi Zola pada Rapat Koordinasi Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) 2016 Provinsi Jambi di Balai Prajurit Korem 042/ Gapu Jambi, Kamis (10/3) meminta aparat keamanan menindak tegas para pelaku pembakaran hutan dan lahan, baik perorangan maupun perusahaan. Para pembakar hutan dan lahan di Jambi tidak bisa lagi dibiarkan berkeliaran agar kebakaran hutan dan lahan serta bencana asap tidak terjadilagi seperti tahun 2015.
“Bencana kebakaran hutan dan lahan serta bencana asap yang melanda Jambi dan Sumatera tahun 2015 merupakan suatu pembelajaran bagi kita semua. Bencana kebakaran hutan dan asap selama tiga bulan tahun lalu berdampak luas terhadap kesehatan, lingkungan dan ekonomi masyarakat, baik di Indonesia maupundi negara tetangga, Malaysia dan Singapura. Bencana serupa kita harapkan jangan terulang lagi tahun ini dan di masa mendatang. Karena itu pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Jambi harus dilakukan lebih serius,” katanya.
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Irmansyah Rachman pada kesempatan tersebut menjelaskan, luas areal hutan alam dan lahan yang terbakar di Jambi tahun lalu mencapai 19.528 hektare (ha). Kebakaran areal penggunaan lain atau lahan telantar sekitar 12.307 ha (63 %) dan kebakaran kawasan hutan sekitar 7.221 ha (37 %). Kemudian kebakaran lahan gambut sekitar 13.450 ha dan kebakaran lahan pertanian (6.069 ha). Sedangkan kerugian materi akibat kebakaran hutan dan lahan di Jambi tahun lalu mencapai Rp 716 miliar.
sumber:beritasatu.com