TOTABUAN.CO — Sudah lebih dari 100 hari Joko Widodo (Jokowi) menjabat sebagai presiden di negara ini. Dalam usia jabatan yang relatif muda itu, popularitas Jokowi bukannya meningkat, malah menurun.
Anehnya, dalam kondisi popularitas sang pemimpin menurun, popularitas sejumlah kementerian justru naik. Misalnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kem ESDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri).
Hal itu tercermin dari hasil penelitian Lembaga Pengkajian Teknologi dan Informasi (LPTI) Pelataran Mataram yang bekerja sama dengan Lembaga Monitoring Data dan Analisis Kampanye Media Sosial AirMob. Kedua lembaga ini memantau pembicaraan di Sosial-Media (Sosmed) terkait Jokowi dan kabinetnya. Pemantauan terakhir yang mereka lakukan selama Januari dan Februari 2015.
“Selama dua bulan terakhir (Januari–Februari) tren positif Jokowi mengalami penurunan menjadi 51 persen, lebih rendah dibanding sejumlah kementeriannya. Untuk Kementerian ESDM tren positifnya mencapai 70 persen, Kemdagri (69 persen), Kemhub (68 persen), KKP (64 persen), dan Kemdikbud (64 persen),” kata peneliti dari LPTI Pelataran Mataram, Husen Asyari di Jakarta, Jumat (6/3).
Ia menjelaskan, ada sejumlah gebrakan di beberapa kementerian yang dipersepsikan positif oleh publik, namun bobot positif tersebut tidak terasosiasi sebagai citra keberhasilan Jokowi sebagai presiden. Jokowi sendiri lebih dipersepsikan dengan isu-isu yang terkait dengan konflik elite di sekitar istana. Di saat yang sama, Jokowi juga harus pasang badan bagi kelemahan kinerja kabinetnya. Kondisi itu membuat popularitas Jokowi menurun signifikan.
“Memang, di satu sisi hal ini menjadi keuntungan bagi kabinet Jokowi karena mereka bisa bekerja tanpa dibayang-bayangi dengan isu-isu yang merugikan. Tetapi hal itu malah menjadi kerugian bagi Presiden karena semua isu tak produktif terfokus di Jokowi,” ujar Husen.
Sementara peneliti dari Politik Lembaga Monitoring Data dan Analisa Media Sosial, AirMob Nurfahmi Budi Prasetyo menjelaskan, penurunan popularitas Jokowi karena bergesernya pendukung Jokowi dari yang semula pendukung ideologi menjadi lebih rasional bahkan kritis terhadap kinerja pemerintahan Jokowi. Jokowi juga dinilai meninggalkan dua isu besar yang pernah dikampanyekan Jokowi sebelumnya, yaitu Indonesia sebagai poros maritim dunia dan program revolusi mental.
“Jokowi juga terkesan hanya menjadi bumper bagi semua kelemahan kinerja kebinet dan lembaga tinggi negara yang dipimpinnya,” tegasnya.
sumber : beritasatu.com