TOTABUAN.CO-Jakarta – Potensi sumber daya laut yang melimpah membuat perairan Indonesia menjadi incaran kapal asing pencuri ikan. Salah satu jenis ikan yang paling diburu adalah ikan tuna sirip kuning (tuna yellowfin) karena harganya yang sangat mahal di pasaran
“Seekor ikan tuna yellowfin setinggi manusia harganya senilai mobil Alphard. Jadi memang nilainya tinggi sekali,” kata Ketua Satuan Tugas (Satgas) Anti Illegal Fishing Mas Achmad Santosa saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, ditulis Senin (14/9/2015).
Ikan ini memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi karena rasanya yang enak dibanding jenis ikan lain. Tak heran, para pembeli rela merogoh kocek dalam-dalam untuk mendapatkan ikan ini. Pasar tuna yellowfin terbesar adalah Jepang, Taiwan, Korea Selatan hingga Amerika Serikat.
Achmad juga menyebutkan salah satu indikasi besarnya pundi-pundi uang yang dikantongi para pencuri ikan ini yaitu mereka rela berputar-putar di laut demi menghindari para aparat hukum yang melakukan patroli. Itu berarti besarnya untung yang diraih bisa menutupi tingginya biaya operasional kapal tersebut.
“Ada pelaku setelah melakukan bongkar muat di tengah laut (transhipment) ketika menuju ke Thailand, dia harus pakai jalur yang jauh untuk hindari aparat hukum. Kalau dia ambil jarak jauh itu berarti cost (biaya) tinggi, mereka jabanin. Itu artinya nilai ikan yang dibawa tinggi,” cerita dia.
Aksi pencurian ikan yang dilakukan kapal asing memang sudah merugikan bangsa ini. Bank Dunia mencatat Indonesia kehilangan pendapatan US$ 20 miliar atau setara Rp 283 triliun (kurs: Rp 14.172 per dolar AS) per tahun akibat tindakan ilegal tersebut.
“Tidak hanya sumber daya ikan yang hilang tapi juga kehancuran ekosistem laut,” ungkap Achmad.
Sekadar informasi, Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar ikan tuna. Tuna yang biasa ditangkap di perairan Indonesia, antara lain jenis yellowfin tuna, big eye tuna atau biasa disebut tuna mata besar, albacore, dan southtern blue fin tuna.
Potensi tuna sirip kuning yang terbesar di Indonesia diperkirakan berada di Laut Flores dan Selat Makassar, dengan luas area penangkapan sekitar 605 ribu kilometer persegi (km2).(Ndw/Igw)
Sumber;liputan6.c0m