TOTABUAN.CO–PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menyatakan bersedia mengevaluasi pemberlakuan listrik dengan sistem prabayar menggunakan token. Namun dipastikan sejauh ini tidak ada kendala yang berarti.
“Pasti dong. Kita lihat dari keluhan masyarakat seperti apa, nanti kita perbaiki dari situ,” kata Sekretaris Perusahaan PLN Adi Supriono saat ditemui di Gorontalo, Kamis (10/10).
Menurut Adi, penggunaan listrik pra bayar sejalan dengan imbauan pemerintah agar PLN melakukan efisiensi. Dengan listrik prabayar, PLN tidak perlu menggunakan tenaga catat listrik. Sebaliknya bagi pelanggan juga tidak ada risiko kesalahan catat meter. PLN juga terhindar dari risiko tunggakan listrik pelanggan. Sementara dari sisi pelanggan, mereka bisa mengatur sendiri besaran pemakaian.
Adi mengungkapkan, sejak diluncurkan pertama kali pada 2008, listrik prabayar tidak ada masalah. “Sejauh ini tidak ada keluhan. Bahkan orang kecil pun bisa beli dengan nominal yang kecil mulai Rp 20.000,” katanya.
Untuk mendapatkan listrik isi ulang (token) ini, kata Adi, relatif mudah. Selain bisa didapatkan di ATM dari sekitar 56 bank pemerintah dan swasta, jugaa melalui transaksi internet banking, mobile banking, SMS banking, juga melalui mitra seperti koperasi dan Indomaret.
Diakui bahwa yang menjadi masalah adanya adanya potongan biaya seperti administrasi bank dan pajak. Namun, semua itu di luar kapasitas PLN. Diambil contoh Pajak Penerangan Jalan (PPJ) mengacu UU no.28 tahun 2009 pasal 59 ayat 1. Pajak ini masuk ke kas pemda, yang besarannya bergantung pada kebijakan masing-masing pemda.
Pengenaan PPN mengacu pada PP no 31 tahun 2007 , biaya materai mengacu pada PP No 24 tahun 2000 Pasal 2 Ayat (2). Dana ini langsung masuk ke kas negara. Sedangkan biaya administrasi bank bergantung pada kebijakan masing-masing bank.
Adi juga memastikan bahwa pihaknya tidak pernah memaksa pelanggan untuk menggunakan listrik pra bayar.
“Tidak ada kewajiban, cuma memang kami mengarahkan ke pelanggan untuk pakai listrik pra bayar,” ujarnya.
Saat ini tercatat pelanggan PLN seluruhnya 60 juta, dimana sekitar 20 juta pelanggan merupakan prabayar. Pelanggan tersebut terdiri atas rumah tangga kecil dan menengah.
Adi mengungkapkan, supaya pelangggan bisa berhemat dan tidak kena potongan biaya berulang-ulang, baiknya membeli token dalam jumlah besar. “Selain itu, tentu harus hemat dalam pemakaian listrik. Matikan yang tidak perlu,” kata Adi.
Euis Rita Hartati”
Sumber;Beritasatu.com