TOTABUAN.CO–Pendidikan adalah cara terbaik untuk mengubah nasib. Kata-kata itulah yang menjadi pegangan teguh bagi Yuniati (49), seorang buruh cuci warga Ketandan Kulon, Imogiri, Bantul, dalam mendidik dua anaknya.
Keyakinan itu tidak hanya sebatas keyakinan, tapi keyakinan itu dilakukan Yuniati hingga akhirnya bisa membuat anak pertama, Satya Chandra Wibawa Sakti (29) kuliah S3 di Universitas Hokaido, Jepang.
Meski dia harus banting tulang tiada henti, mulai dari buruh cuci hingga pekerjaan serabutan lainnya, dia ikhlas menjalani demi anak-anaknya.
“Saya itu mau ngapain saja saya kerjakan, yang penting anak saya bisa sekolah tinggi, hidup tidak seperti saya,” katanya baru-baru ini.
Sakti, anak pertamanya merupakan salah satu mahasiswa penerima beasiswa Dikti untuk kuliah di jurusan Kimia di Universitas Hokaido, Jepang tahun 2012.
Sebelumnya Sakti kuliah S1 di jurusan Kimia UNY tahun 2004, lalu melanjutkan S2 di jurusan Kimia UGM pada tahun 2008.
Sementara anak keduanya, Oktaviana Ratna Cahyani (27) kini menjadi perawat di Rumah Sakit Harjo Lukito setelah lulus dari Akademi Perawat Bethesda.
“Biayanya itu ya pakai utang juga, tapi anak saya enggak perlu tahu. Biar mereka enggak minder di pergaulan. Alhamdulillah anak saya dua-duanya itu enggak macam-macam, enggak malu punya ibu buruh cuci,” ungkapnya.
Saat anak pertamanya masuk S1, dia pun pontang-panting mencari utang. Beruntung setengah biaya masuk kuliah dibantu pemerintah kabupaten Bantul. Begitu masuk semester kedua, dia tidak khawatir karena anaknya mendapatkan beasiswa.
“Untungnya dapat beasiswa sampai lulus. Jadi saya cuma kasih uang jajan, biar cuma Rp 5.000 sehari,” tambahnya.
Penghasilannya jadi buruh cuci yang hanya Rp 10.000 sekali cuci, sebenarnya kurang jika harus untuk biaya kuliah. Namun dia memilih uang tersebut digunakan untuk pendidikan kedua anaknya.
“Saya yang penting ada uang buat beli beras. Lauknya ambil daun pepaya buat dimasak. Kalau sudah beli beras, sisa uangnya buat ditabung bayar utang,” tambahnya.
Sampai saat ini, Yuniati pun mengaku masih memiliki banyak utang. Namun itu tidak dijadikannya beban. Baginya yang terpenting anak-anak punya masa depan yang cerah.
“Kalau dipikir saya malah stres. Jadi saya jalani saja. Anak perempuan saya sudah kerja, menikah. Sakti sudah selesai ujian S3, dan tahun ini sudah balik ke Indonesia,” terangnya.
Sumber;Merdeka.com