TOTABUAN.CO — Pengamat penyelenggaraan haji, Muhammad Subarkah menilai pelayanan bagi jemaah haji pada tahun 2014 masih belum optimal. Selain masih banyak kekurangan akibat masalah yang selama ini terjadi, pada penyelenggaraan haji tahun ini juga ada persoalan kasus baru berupa banyaknya jemaah haji yang tinggal di luar markaziyah atau di penginapan yang letaknya lebih dari 650 meter dari Masjid Nabawi.
“Yang mengejutkan kini terjadi adanya jamaah yang tinggal di luar markaziyah ketika berada di Madinah itu. Ini jelas fenomena baru. Ada apa ini? Apakah ini karena ingin mengirit ongkos, atau takut pada Komisi Pemberantasan Korupsi? Ini jelas mengkhawatirkan,” kata Subarkah di Jakarta, Minggu (9/11).
Ia menambahkan, kendala lain yang masih muncul adalah masih ditemukannya kasus katering basi ketika jemaah haji gelombang kedua berada di Madinah. Katering basi ini ditemukan saat staf tim pengawas katering PPIH (Petugas Pelayanan Ibadah Haji) melakukan uji makanan pada nasi katering yang akan diberikan keada jamaah.
“Dari laporan yang kami kumpulkan petugas itu kemudan memerintahkan kepada petugas katering dan petugas lain agar menarik semua paket makanan yang disediakan sebuah perusahaan katering. Semua paket makanan dari perusahaan katering itu kemudian tarik dan minta diganti oleh paket makanan lain,” katanya.
Sementara terkait pelayanan terhadap ratusan ribu jemaah haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina), kata Barkah, secara keseluruhan memang bisa berjalan lancar. Hanya saja, masih ada yang pelu dikritisi, yakni adanya temuan Komisi Pengawas Ibadah Haji (KPIH) terkait keterbatasan air minum serta sejumlah tenda dan karpet yang tidak layak di Padang Arafah.
Saat wukuf, suhu di Arafah bertahan di antara 43-45 derajat Celcius. Namun, lanjut Barkah, banyak jemaah mengeluhkan pasokan air minum yang tidak memadai. Sedangkan rasio toilet dengan jumlah jemaah haji reguler Indonesia sebanyak yang 155.200 orang, sangat tidak mencukupi. Akibatnya, jamaah haji harus antre cukup panjang untuk urusan toilet.
Keluhan lain dari jemaah haji adalah bus di Armina yang kurang layak, serta menu makanan yang kurang enak selama mabit (menginap) di Mina. Karenanya, Barkah mengingatkan Kementerian Agama untuk mendesak orotitas Arab Saudi memperbaiki fasilitas demi kenyamanan jemaah haji.
“Dalam soal layanan Armina ini Kemenag harus terus mendesak agar pihak Muassasah (Arab Saudi) segera memperbaiki fasilitas tersebut demi kenyamanan jamaah haji. Persoalan ini terus terjadi dan pemerintah Arab Saudi belum banyak memberikan peningkatakan pelayanan. Pihak Indonesia tidak boleh jemu memprotesnya,” ujar Subarkah.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah meningkatnya jumlah jemaah haji yang wafat, yakni sebanyak 296 orang jamaah. Angka itu memang jauh lebih banyak dbandingkan tahun lalu yang hanya mencapai sebanyak 266 jemaah. Soal peningkatakan jumlah jamaah yang wafat harus segera dievaluasi dan dicari solusinya. “Apakah ini karena faktor jamaah semata atau ada faktor luar, yakni ekstrimnya cuaca di Arab Saudi,” tandas Subarkah.
sumber : jpnn.com