TOTABUAN.CO – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengikuti perkembangan kasus dugaan tak wajar tewasnya terduga teroris, Siyono oleh Densus 88/Antiteror Mabes Polri. Pada akhirnya, fakta-fakta yang akan membuktikan.
“Ya kita akan mengikuti proses. Ada isu bahwa dia (Siyono) adalah teroris, ada yang membantah. Bagaimana akhir dari fakta-fakta yang apa adanya yang akan dibuktikan,” kata Rais Aam PBNU, Maaruf Amin di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (31/3).
Sementara terkait rencana otopsi jenazah Siyono, dia berpendapat, hal itu merupakan urusan keluarga yang ditinggalkan. “Itu urusan keluarga mau diotopsi atau tidak. Keluarga ingin diotopsi ya untuk membuktikan benar atau tidak atau bagaimana caranya meninggal,” ujarnya.
Dia menambahkan, tidak boleh ada pihak yang memaksa keluarga untuk melakukan otopsi.
Seperti diberitakan warga Dukuh Brengkungan, Desa Pogung, Kabupaten Klaten, Jawa Tangah ini tewas sesaat setelah ditangkap Densus 88/Antiteror Mabes Polri. Pelaku tewas akibat benturan dan perkelahian dengan anggota karena yang bersangkutan menyerang petugas. Insiden terjadi saat pelaku dibawa kembali setelah pencarian senjata api yang tidak membuahkan hasil.
Perkelahian itu terjadi di dalam mobil di daerah Tawangsari, Klaten. Siyono yang semula kooperatif mulai berulah. Dia berupaya menyerang petugas yang mengawalnya. Saat itulah terjadi pergumulan satu lawan satu, karena di dalam mobil hanya ada tiga orang. Penyidik mendampingi Siyono dan seorang lagi menyetir mobil. Saat itu anggota lalai tidak memborgol dengan alasan hal itu dilakukan sebagai upaya persuasif untuk mendapatkan keterangan pelaku.
sumber:beritasatu.com