TOTABUAN.CO PEKANBARU – Bukan untuk latah (meniru, red) tapi ini setidaknya menjadi contoh yang baik bagi jajaran korps Polri terutama yang diberi amanah memegang tampuk komando. Bukan juga pencitraan atau motif lain seperti yang banyak dilakukan aparat birokrat maupun penegak hukum saat ini.
Adalah AKBP Ari Wibowo yang saat ini menjabat sebagai Kapolres Indragiri Hulu (Inhu) Provinsi Riau. Perwira Menengah (Pamen) ini terkenal dengan sikap kesederhanaannya. Bayangkan saja menuju kantornya (Mapolres Inhu) lebih memilih jalan kaki. Bahkan motor butut dikendarainya menuju mapolres. AKBP Ari memang ingin tampil apa adanya dibanding harus pamer mobil atau motor mewah.
Lagi pula, jarak rumah dinas ke Mapolres Inhu di Kota Rengat sangat dekat, cuma 300 meter. Jadi, Ari lebih suka jalan kaki. Kadang naik motor Honda Astrea Grand keluaran tahun 1992. Kok motor tua, kenapa? “Ini motor bersejarah. Pemberian orangtua saat masih SMA,” kata Ari seperti yang dilansir detikcom, Kamis (7/1). Ari merupakan alumni SMA Negeri 4 Semarang.
Motor itu juga merupakan kendaraan Ari selama bertugas di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) usai lulus Akpol pada tahun 1995.
Sebelum bertugas di Riau dan ditempatkan di Rengat, Inhu yang berjarak 200 km dari Pekanbaru, Ibukota Provinsi Riau, Ari bertugas di Lemdikpol Jakarta. Pria 41 tahun ini juga sempat menjadi Kapolres Sragen dan Kapolres Rembang. Bertugas ke manapun, motor tua itu selalu dibawa.
“(Motor) ini teman setia,” kata bapak 2 anak ini. Selain sebagai alat jalan-jalan, motor tua itu juga dipakai mengontrol anggota. Lebih simpel dan murah.
Meski begitu, Ari tidak mengharamkan mobil. Dia tetap menerima Grand Vitara dari Mabes Polri dan mobil double kabin dari Pemkab Inhu. Hanya saja, 2 kendaraan roda empat itu lebih sering dikandangkan.
“Untuk memantau ke sejumlah desa, saya menggunakan mobil double kabin. Karena memang jalan di pedesaan masih banyak yang jalan tanah,” kata Ari.
Soal baju dinas, biasanya setingkat pimpinan sedikit gengsi memakai baju dinas yang dijatah. Namun bagi Ari baju jatah termasuk sepatu jatah tetap dia pakai sebagai seragam dinas. Tapi bukan berarti dia tidak memiliki baju dan sepatu dinas yang kualitasnya lebih baik dari yang diransum.
Bagi Ari, hidup tidak perlu ada yang disombongkan. Dia menyadari bagaimana citra Polri di mata masyarakat. Sering kali polisi bertindak benar, tetap saja dianggap salah.
“Saya mencoba sedikit demi sedikit membenahi citra (polisi). Saya tampil apa adanya, bukan pencitraan,” akunya.
Profil sederhana Ari diakui Ketua Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Inhu, Zulkifli Gani. Menurutnya, Ari merupakan sosok yang mudah bergaul. Ketika pertama kali bertugas, LAMR Inhu memberikan ‘tepung tawar’ terhadap Ari sebagai tanda penghormatan dan ucapan selamat datang.
“Orangnya sederhana. Kami selalu dianggap sebagai orangtuanya sendiri,” kata Zulkifli.
Ketika Riau dilanda kebakaran lahan dan hutan, Polres Inhu menggandeng LAMR Inhu untuk sama-sama turun ke lapangan dalam melakukan sosialisasi ke masyarakat. Mereka bahu membahu menyadarkan masyarakat akan bahaya kebakaran lahan.
“Saya saksikan sendiri saat kebakaran lahan. Ketika tiba waktu sholat, kita berjamaah di tengah hutan,” kata Zulkifli. (dtc/ryo)