TOTABUAN.CO — Pernahkah Anda membayangkan, mulai dari saat membuka mata di pagi hari, rumah yang Anda tinggali akan langsung bereaksi memenuhi semua keinginan penghuninya. Lampu akan otomatis menyala secara perlahan untuk memastikan Anda bangun pada waktu yang ditentukan. Dari tempat tidur, Anda bisa menyalakan mesin pembuat kopi sehingga secangkir kopi panas bisa sudah siap saat turun untuk sarapan.
Memasuki kamar mandi, Anda akan berdiri di depan cermin pintar yang pantulannya juga bisa memberikan informasi yang Anda butuhkan untuk memulai hari, termasuk ramalan cuaca dan berita terbaru. Alat ini juga bisa memainkan musik favorit anda sehingga bisa dijamin hari Anda dimulai dengan mood yang bagus.
Setelah siap, Anda pun turun untuk bersarapan ke dapur, dimana seperangkat kulkas pintar bakal mengingatkan bahwa bahan makanan sudah hampir habis. Dengan sentuhan jari di layar kulkas, Anda bisa langsung memesan semua belanjaan Anda untuk minggu itu melalui pembelian online.
Masuknya teknologi untuk membantu kita dengan hal-hal harian seperti diatas, bisa saja merupakan sebuah permulaan menuju konsep rumah pintar di masa depan. Rumah yang tersambung penuh, didesain untuk meningkatkan efisiensi energi, melindungi dari penyusup dan juga memonitor kesehatan keluarga.
Dengan pesatnya pertumbuhan di industri pengotomatisan rumah, sistem rumah pintar mulai memasuki pasaran, walaupun harganya yang mahal masih membuat orang berpikir dua kali sebelum memilikinya. Namun tanda-tanda bahwa konsep rumah pintar ini akan memberikan perubahan sudah mulai terlihat.
Tahun ini, pendapatan dari pasar rumah pintar diperkirakan bakal melebihi angka US$ 48 miliar. Selanjutnya, pada tahun 2019, pemasukan dari sektor tersebut diprediksi akan naik hingga US$ 115 miliar. Pada akhir dekade ini, hampir 12 persen dari rumah tangga di seluruh dunia, diperkirakan bakal mempunyai paling tidak satu tipe dari teknologi pintar di rumah.
“Konsep rumah pintar adalah membuat hidup penghuninya menjadi jauh lebih nyaman, dan lebih efisien. Hal inni berarti, konsep tersebut memiliki daya tarik bagi semua orang. Dengan turunnya harga yang diramalkan akan terjadi di tahun mendatang dan orang-orang dari seluruh dunia mulai fokus kepada isu seperti penghematan tenaga, kami melihat bahwa tren ini juga akan melanda pasar berkembang,” ujar Co-Founder dan Managing Director Lamudi Global, Kian Moini, dalam siaran persnya, Minggu (11/1).
Bahkan, CEO Nest (perusahaan yang memproduksi produk rumah terintegrasi yang baru saja dibeli Google pada awal tahun lalu), Tony Fadell, telah meramalkan bahwa dalam satu dekade kedepan, semua peralatan elektrik di rumah akan terhubung dengan internet, yang kemudian memacu konsep Internet of Things (IoT).
Selain itu, pasar rumah pintar juga mulai mendapatkan perhatian di negara berkembang. Hal itu ditandai dengan munculnya tanda-tanda bahwa tren ini akan menyebar di seluruh pasar berkembang. Konsumen di wilayah Asia Pasifik, termasuk Indonesia, disebutkan sangat antusias dalam menyambut teknologi terhubung ini.
Bahkan, perusahaan Icontrol Networks yang bergerak di teknologi rumah pintar, telah mengembangkan sayapnya di Asia pada Oktober tahun lalu, bekerjasama dengan provider dari Jepang untuk menawarkan sistem rumah pintar yang bisa diinstal oleh konsumer sendiri.
Selain itu, perusahaan elektronik asal Cina, Xiaomi, juga telah menginvestasikan dana sebesar US$ 200 juta (setara 1.26 miliar Yuan) di perusahaan peralatan rumah tangga, Midea, yang dilihat oleh sebagian kalangan sebagai langkah perusahaan untuk mulai merambah pasar rumah pintar.
sumber : beritasatu.com