• Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
Jumat, Juli 18, 2025
  • Login
totabuan.co
  • Beranda
  • Daerah
    • Kotamobagu
    • Bolmong
    • Bolsel
    • Boltim
    • Bolmut
  • Suara Anda
    • Citizen Journalist
    • Opini
    • Foto Totabuan
  • Politik
  • Hukrim
  • Ekbis
  • Sulut
  • Advertorial
  • Berita Video
  • All Sport
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
    • Kotamobagu
    • Bolmong
    • Bolsel
    • Boltim
    • Bolmut
  • Suara Anda
    • Citizen Journalist
    • Opini
    • Foto Totabuan
  • Politik
  • Hukrim
  • Ekbis
  • Sulut
  • Advertorial
  • Berita Video
  • All Sport
No Result
View All Result
totabuan.co
No Result
View All Result
Home Nasional

Kisah Bripda Taufik, Wujudkan Mimpi Jadi Polisi Meski Tinggal di Bekas Kandang Sapi

Redaksi by Redaksi
15 Januari 2015
in Nasional
0
Kisah Bripda Taufik, Wujudkan Mimpi Jadi Polisi Meski Tinggal di Bekas Kandang Sapi
0
SHARES
13
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

TOTABUAN.CO — “Bapak tampar pipi saya. Ini bukan mimpi toh. Saya benar diterima menjadi polisi”. Itulah kata-kata pertama yang keluar dari mulut Bribda M Taufik Hidayat kepada ayahnya, Triyanto, saat pertama kali tahu kalau dia lulus menjadi calon anggota polisi.

Kata-kata itu bukanlah tanpa alasan. Sebab, meski dengan segala keterbatasan ekonomi, pemuda kelahiran 20 Maret 1995 ini perlu berjuang keras untuk dapat meraih cita-citanya menjadi anggota kepolisian. Terlahir dari keluarga tidak mampu, sejak kecil M Taufik Hidayat sudah terbiasa kerja keras untuk meraih apa yang diinginkannya.

Pendapatan Triyanto yang hanya sebagai buruh bangunan terbilang pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Belum lagi untuk membiayai sekolah Taufik dan ketiga adik-adiknya. Tak jarang, Taufik harus menunggak biaya sekolahnya karena tak punya biaya.

Karena itu, demi dapat menyelesaikan sekolahnya dan membantu keuangan keluarga, Taufik rela ikut bekerja sebagai tukang gali pasir di Sungai Gendol.

“Saya bantu bapak menambang pasir di Sungai Gendol. Ya untuk biaya hidup dan biaya sekolah saya dan adik-adik,” ucapnya.

Menunda mimpi

Lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), anak pertama dari 4 bersaudara ini pun harus menahan cita-citanya mendaftar menjadi anggota kepolisian. Kebutuhan ekonomi memaksanya untuk bekerja di bekas sekolahnya, SMK 1 Seyegan sebagai pembina Pramuka merangkap asisten perpustakaan.

“Honor saya dari pembina Pramuka dan asisten perpustakaan sekitar Rp 700.000,” tuturnya.

Pada awal Desember 2014 lalu, Taufik memutuskan untuk tidak melanjutkan pekerjaan di SMK 1 Seyegan. Ia membulatkan tekatnya untuk mendaftar sebagai calon anggota polisi di Mapolda DIY. Berkat kerja keras dan doa sang ayah, pada akhir Desember 2014 Taufik lulus dari tes Calon Anggota Polisi dan mengikuti pendidikan di Sekolah Polisi Negara Selopamioro, Imogiri, Bantul.

“Saya tidak percaya, sampai minta bapak menampar pipi. Bahkan saat di gerbang SPN saya masih tidak percaya,” ujar Taufik sambil tersenyum ketika mengingat satu fragmen dalam hidupnya.

Setelah lulus dengan pangkat Bripda, Taufiq menjalani karir pertamanya di Direktorat Sabhara Polda DIY. Namun lagi-lagi karena tidak punya biaya dan kendaraan, setiap pagi saat berangkat dinas, Bripda M Taufik Hidayat harus rela berjalan kaki sekitar 7 kilometer dari rumahnya di Dusun Jongke Tengah Rt 04/Rw 23 Desa Sendangadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman menuju Mapolda DIY.

“Bangun subuh, salat, lalu jalan kaki ke Mapolda DIY. Kadang kalau pas ketemu teman ya bonceng,” tuturnya.

Diakuinya, meski telah bangun subuh namun dirinya sering terlambat masuk dinas. Keterlambatan itulah yang menuai kecurigaan dari atasanya. Setelah memberikan penjelasan dan mengecek kebenaran itu, atasan Bripda Taufik lantas meminjamkan motor pribadinya. “Sekarang saya dipinjami motor Pak Wadir Sabhara,” ucapnya.

Hidup prihatin

Seperti bola tenis, ketika dilempar dengan keras ke tanah maka lentingannya akan lebih tinggi ke atas. Seperti itulah tekad Bripda Taufik. Pahit getir dan kerasnya kehidupan yang dijalani anggota Sabhara Polda DIY sejak kedua orang tuanya bercerai menjadi kekuatan untuk melenting lebih tinggi.

Saat duduk di bangku SMP, Bripda Taufik harus menerima kenyataan pahit. Kedua orang tuanya bercerai. Rumah satu-satunya pun dijual oleh sang ibu.

Alhasil, Bripda Taufik bersama ayah dan ketiga adiknya harus pindah rumah. Namun, karena uang tidak mencukupi untuk membeli rumah, Triyanto selaku ayah memutuskan untuk mengontrak bekas kandang sapi di Dusun Jongke Tengah. Kandang sapi itu kemudian dialih fungsi sebagai tempat tinggal.

“Perbulan bayar Rp 170.000. Ya memang seperti itu kondisinya. Lantainya masih tanah,” ucap Triyanto.

Rumah semi permanen berukuran 2,5 M X 5 M kondisinya memang memprihatikan. Bahkan karena belum ada biaya, daun pintu dan dinding sisi utara dibiarkan terbuka. Untuk mengurangi hembusan dingin udara malam dan tetesan air hujan, terpaksa pintu dan sisi yang masih terbuka ditutup dengan mengunakan spanduk-spanduk bekas.

Sekeliling bangunan yang ditempati Bribda Taufik pun merupakan kandang sapi yang dikelola kelompok masyarakat setempat. Sehingga bau menyengat kotoran sapi setiap hari harus dirasakannya.

Di dalam rumah semi permanen itu hanya ada dua kasur tempat tidur. Dua kasur dengan kodisi berlubang itu dipakai oleh lima orang. tiga adiknya, ayah dan dirinya. Bahkan, ketika Bripda Taufik tidur di rumah, Triyanto mengalah untuk tidur di mobil pick upberalaskan tikar dan beratap langit.

“Saya senang kalau piket dan tidak pulang. Soalnya kasihan bapak kalau tidur di luar. Bapak sering mengalah tidur di bak mobil,” kata Taufik.

Melihat keadaan itu, di gaji pertamanya menjadi anggota Kepolisian, Taufik berencana akan menggunakannya untuk mengontrak rumah yang lebih layak. Ini dilakukan demi ayah dan ketiga adiknya yang masih kecil-kecil.

“Nanti kalau gajian pertama, saya ingin gunakan untuk mengontrak rumah. Kasihan bapak dan adik-adik kalau tetap tinggal di sana,” tuturnya.

sumber : kompas.com

Tags: texs
Previous Post

AAL Jadi Tuan Rumah HUT Ke-52 Kowal Timur

Next Post

Elvira Bantah Foto Mesra dengan Abraham Samad

Next Post
Elvira Bantah Foto Mesra dengan Abraham Samad

Elvira Bantah Foto Mesra dengan Abraham Samad

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

BERITA TERKINI

Banyak WNA di BMR Terlibat Usaha Ilegal
Bolmong

Banyak WNA di BMR Terlibat Usaha Ilegal

by Redaksi
18 Juli 2025
0

TOTABUAN.CO BOLMONG --- Bolaang Mongondow Raya (BMR) Sulawesi Utara, menjadi salah satu daerah yang diincar Warga Negara Asing (WNA). Tidak...

Read moreDetails
Wakil Bupati Dony Lumenta Buka Musrenbang RPJMD 2025-2029

Wakil Bupati Dony Lumenta Buka Musrenbang RPJMD 2025-2029

17 Juli 2025
Ternyata Ini Nama Perusahan Pelaku PETI  di Perkebunan Oboy

Ternyata Ini Nama Perusahan Pelaku PETI di Perkebunan Oboy

16 Juli 2025
Yusra – Don Siapkan 8000 Paket Bantuan Peralatan Sekolah Bagi Siswa Kurang Mampu

Yusra – Don Siapkan 8000 Paket Bantuan Peralatan Sekolah Bagi Siswa Kurang Mampu

16 Juli 2025
GPM di Lolak, Tiga Ton Beras SPHP Ludes Terjual Hanya Waktu Dua Jam

GPM di Lolak, Tiga Ton Beras SPHP Ludes Terjual Hanya Waktu Dua Jam

16 Juli 2025
totabuan.co

© 2019 TOTABUAN.CO by PMTech.

TENTANG TOTABUAN.CO

  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber

IKUTI KAMI

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
    • Kotamobagu
    • Bolmong
    • Bolsel
    • Boltim
    • Bolmut
  • Suara Anda
    • Citizen Journalist
    • Opini
    • Foto Totabuan
  • Politik
  • Hukrim
  • Ekbis
  • Sulut
  • Advertorial
  • Berita Video
  • All Sport

© 2019 TOTABUAN.CO by PMTech.