TOTABUAN.CO — Sejak 3 hari lalu, ratusan nelayan telah menyandarkan perahunya di dermaga, baik di Lampulo, Ulee Lheue dan sejumlah tempat lainnya. Para nelayan ini tidak melaut bukan lantaran mogok BBM naik, akan tetapi menghormati dan bersolidaritas peringatan tragedi tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 lalu.
Pemangku adat laut yang dipimpin oleh seorang Panglima Laut telah bermusyawarah, setiap tahunnya pada peringatan tragedi tsunami, nelayan menjadikan hari pantang melaut. Hal ini setara dengan hari pantangan lainnya seperti hari Jumat, lebaran Idul Fitri dan Idul Adha dan sejumlah hari-hari besar lainnya.
Panglima Laut Aceh, Bustaman, sudah memberitahukan kepada seluruh nelayan yang ada di seluruh Aceh untuk tidak melaut pada tanggal tragedi tsunami yang melanda Aceh. Karena hari tersebut sudah diputuskan menjadi hari pantang melaut.
“Ini sudah menjadi putusan, setiap tanggal 26 Desember setiap tahunnya, nelayan di Aceh menjadi hari pantang melaut,” kata Panglima Laut, Bustaman, Rabu (24/12) di Banda Aceh.
Dijadikan hari pantang melaut di Aceh pada hari tsunami diberlakukan, kata Bustaman, untuk mengenang para korban tsunami. Apa lagi, banyak di antara korban tsunami berasal dari nelayan yang tinggal di pesisir pantai.
Bustaman mengajak seluruh nelayan untuk mengisi hari pantang melaut itu dengan zikir dan doa bersama. Selain itu, diminta juga untuk membacakan ayat suci Alquran di rumah masing-masing, karena musibah itu menjadi cobaan bagi ummat Islam.
“Bahkan ada di antara nelayan sudah sejak 3 hari lalu tidak melaut, karena takut nanti tak bisa pulang pada tanggal 26 Desember nantinya, semua nelayan pasti akan patuh atas pantangan ini,” tukasnya.
sumber : merdeka.com