TOTABUAN.CO — Sejak adanya kesepakatan soal perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) produk China membanjiri pasar domestik. Hal ini pulalah yang membuat usaha rajut di kawasan Binong Jati seolah melempem.
Padahal sentra rajut yang sudah ada sejak 1970 itu pernah mengalami masa-masa puncak pada 1990-an.
Hal itu disampaikan pengrajin rajut di Pusat Industri Rajut Binongjati Kota Bandung, Carles Ginting usai menerima kehadiran presiden Jokowi, Senin (12/1) siang. Dia menyebut, produk China menjadi saingan berat untuk memasarkan.
“Masalah pasar, produk saingan dari China, nah dari China masuk terus kita terhambat,” kata Carles Ginting.
Menurut dia, Jokowi sempat tak berkutik ditanya itu.
“Ketika dibilangin soal pasar bebas dari China, Pak Presiden merenung, sempat diam beberapa saat,” terangnya.
Jokowi sendiri di hadapan para perajin rajut memberi saran agar bisa lebih kreatif dalam memberi sentuhan desain. Bahkan dia meminta untuk belajar kepada lulusan ITB tentang desain produk, khususnya tentang industri rajut.
“Beliau menyarangkan agar desainnya ditingkatkan. Kalau bisa berkonsultasi kepada ahli desain ITB,” terangnya.
Dalam kunjungan itu Jokowi yang didampingi Gubernur Jabar Ahmad Heryawan memberikan dana segar Rp 250 juta kepada perajin rajut di kawasan Binong Jati. Dia ingin ke depan area tersebut bisa berdiri sebuah showroom rajut agar wisatawan yang datang bukan cuma membeli tapi juga belajar.
sumber : merdeka.com