TOTABUAN.CO — Setiap 23 April adalah Hari Buku Sedunia. Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto berharap, momen ini perlu dijadikan refleksi untuk memperbaikan sistem perbukuan nasional.
Susanto menilai, belakangan ini semakin banyak buku yang beredar dengan contentyang tidak ramah anak. Sebut saja karya Toge Aprilianto berjudul Saatnya Aku Belajar Pacaran, hingga buku pelajaran yang menampilkan tokoh berpikiran radikal.
“Dalam hal perbukuan, Indonesia masih menyisakan cacatatan. Kita melihat masih banyak konten buku yang beredar di publik, tanpa kontrol dan bermasalah. Tidak sedikit yang menampilkan gagasan radikal, bermuatan diskriminatif, kekerasan, bias gender, bahkan sara,” kata Susanto di Jakarta, Kamis (23/4).
Kontrol Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) terhadap buku pelajaran yang beredar dan terdistribusi kepada peserta didik, menurutnya juga masih lemah. Buktinya, masih banyak buku pelajaran yang kontroversial dan bermasalah.
“Perlindungan terhadap hak cipta dan karya perbukuan juga masih lemah. Akhirnya pembajakan terus terjadi dan sulit dicegah,” ujarnya.
Susanto juga melihat masih banyak buku anak, yang justru memuat kekerasan, bullying, bahkan pornografi.
“Hari buku perlu dijadikan refleksi untuk memperbaikan sistem perbukuan nasional. Sistemnya harus ditata, mekanismenya diperkuat, dan konten perbukuan harus dipastikan berorientasi keindonesiaan dan ramah terhadap anak Indonesia,” harapnya.
sumber : beritasatu.com