TOTABUAN.CO JAKARTA – Pria perambut gondrong itu bernama Eyang Suryobuwono. Suryobuwono baru saja melakukan semacam ritual di gedung Mahkamah Konstitusi (MK), saat itu, pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, akan mendaftarkan gugatan hasil penetapan pemenang Pemilu presiden.
Suryobuwono tidak membantah apa yang baru saja dilakukannya. Dengan lugas, dia menyampaikan benar dia sedang melakukan sesuatu pekerjaan di MK. Pengakuannya bahkan membuat bulu kuduk merinding.
“Untuk perdamaian bangsa ku ini. Prabowo sebagai pemenang yang betul, benar. Jangan ada pembodohan terhadap masyarakat. Sudah cukup, bangsa Indonesia cerdas. Sekarang bangsa goib sedang bangun. Ada lima syekh di sini. Sembilan wali, seluruh raja Brawijaya ada di sini. Ikut saya,” kata Suryubuwono di MK, Jakarta, Jumat (25/7) seperti dilansir Tribunnews.com.
Suryo melakukannya tidak main-main. Dia melakukannya bersama perempuan yang dia sebut ‘bunda’ tepat sejajar di sembilan pilar konstitusi.
Sembilan pilar konstitusi itu juga sempat dipukul-dipukul dengan tongkat pendek. Tongkat tersebut, menurut keterangannya, adalah kepunyaan Prabu Siliwangi. Sama dengan kepunyaan mendiang mantan presiden Soeharto.
Dalam ritualnya, Suryo juga membawa barang-barang sebagai pertanda restu para gaib kepada Prabowo menjadi presiden. Ada Kujang yakni, senjata khas Jawa Barat, kijang kencana, wayang semar, ndog jagat, urat sekar bumi, dan benda-benda gaib lainnya.
Dengan segala pernak-pernik yang melekat padanya, Suryobuwono pun membawa pesan singkat dan tegas kepada MK. Menurut dia, Prabowo telah dicurangi sehingga kalah dalam. Pilpres.
Prabowo telah mendapat restu untuk menjadi presiden. Prabowo bukanlah orang yang mencari kekayaan, dia hanya lah korban, bahkan korban santet.
“(Ke MK) Memperjuangkan Mas Prabowo dan membuka mata hati seluruh hakim MK. Bukti nyata harus dibuka. Konsekuensinya (kalau tidak dikabulkan) resiko sendiri. Karena para gaib sudah ada di sini. Pilar sembilan sudah tak pukuli. Ini tongkat dari Prabu Siliwangi,” kata dia sembari memamerkan pusaka langka tersebut.
Jadi, apakah eyang dukun?
“Saya nggak dukun, saya nggak pake kembang. Orang biasa,” jawab pria berjenggot panjang itu.
Dalam ritual tersebut, Suryo dibantu seorang perempuan yang disebutnya ‘bunda’. Bunda melakukan ritual lebih lama. Dia mengenakan baju putih dan penutup kepala. Sesekali mulutnya komat-kamit. Mereka melakukannya cukup lama.
Sumber Tribunnews.com
Editor Hasdy Fattah