TOTABUAN.CO — Nyawa seorang balita tidak tertolong setelah sejumlah rumah sakit di Jakarta, Depok, dan Bekasi menolak menangani penyakit sang bayi dengan berbagai alasan. Abbiyasa Rizal Ahnaf (2) pun mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Tarakan, Jakarta Pusat.
Abbiyasa meninggal karena penyumbatan saluran pencernaan dan kondisinya terus melemah. Menurut ayah korban, M Edi Karno (29), anak keduanya itu membutuhkan fasilitas pediatric intensive care unit (PICU) dan dokter spesialis bedah anak.
“Saya sudah coba menghubungi dan mendatangi seluruh rumah sakit yang ada di Jakarta, Depok, dan Bekasi, tapi mereka selalu bilang tidak ada fasilitas itu, dan penuh. Ada 40 Rumah Sakit yang sudah saya datangi,” ujar Edi saat berbincang dengan Okezone, Sabtu (29/11/2014).
Warga Jalan SMP 160 RT 02 RW 05, Ceger, Cipayung, Jakarta Timur, itu menambahkan, dirinya tidak mempermasalahkan kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk mengobati putra kesayangannya tersebut.
“Saya enggak perlu BPJS. Enggak masalah, yang penting alat itu ada di rumah sakit akan saya bayar, asalkan anak saya dapat fasilitas PICU,” tutur suami dari Nurhayati (30) itu.
Hingga akhirnya, Abbyasa dioperasi di Rumah Sakit Tarakan. Namun karena kondisi fisiknya sudah tidak kuat menahan rasa sakitnya, Abbyasa meninggal dunia.
“Penyakitnya harus ditangani dengan cepat, ini sudah beberapa hari. Anak saya meninggal kemari pagi pukul 06.00 WIB di Rumah Sakit Tarakan,” sesalnya.
Edi berharap kejadian ini tidak terulang kepada anak-anak di Indonesia, lantaran tidak ada fasilitas PICU di rumah sakit.
Selain itu, Edi berharap kepada pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla agar mengontrol fasilitas seluruh rumah sakit di Indonesia. “Berharap fasilitas di rumah sakit agar lebih lengkap, jangan hanya programnya saja yang digedor-gedorkan,” pungkasnya.
sumber : okezone.com