TOTABUAN.CO — Tidak seperti masyarakat umumnya, jika akan menikah. Bagi masyarakat umum menjadi pantangan bahkan tidak bisa ditolerir jika akan menikah dengan saudara sedarah. Namun tidak demikian dengan mereka yang tinggal di Hutan Humohulo, Pegunungan Boliyohuto, Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo.
Justru suku Polahi, bisa kawin dengan sesama saudara mereka. Seperti yang dilansir tribun news.com, kalau perkawinan mereka lakukan itu tidak ada pilihan lain. Sebab hanya mereka saudara yang tinggal di hutan.
“Jadi kita kawin saja dengan saudara. Kami tidak ada pilihan lain. Kalau di kampung banyak orang, di sini hanya kami,” kata Mama Tanio, salah satu perempuan Suku Polahi.
Suku Polahi salah satu suku yang masih hidup di pedalaman hutan Gorontalo dan masih berpegang pada prinsip primitif. Mereka tinggal di hutan tidak mengenal agama dan pendidikan. Bahkan, tidak mau hidup bersosialisasi dengan warga lainnya.
“Perkawinan Sedarah”
Salah satu kebiasaan yang hingga sekarang masih terus dipertahankan oleh suku Polahi adalah kawin dengan keluarga sendiri yang masih satu darah. Hal yang biasa terjadi yakni seorang ayah bisa mengawini anak perempuannya sendiri. Begitu juga seorang anak laki-laki kawin dengan ibunya. Kondisi ini diakui oleh satu keluarga Polahi yang ditemui di hutan Humohulo.
“Memperistri Adik Sendiri”
Baba Manio beristri dua, Mama Tanio dan Hasimah. Dari perkawinan dengan Mama Tanio, lahir Babuta dan Laiya.
Babuta yang kini mewarisi kepemimpinan Baba Manio memperistri adiknya sendiri, hasil perkawinan Baba Manio dengan Hasimah. Hasimah sendiri merupakan saudara dari Baba Manio. Kelak anak-anak Babuta dan Laiya akan saling kawin juga.
“Kalau mau kawin, Baba Manio membawa mereka ke sungai. Disiram dengan air sungai lalu dibacakan mantra. Sudah, cuma itu syaratnya,” ujar Mama Tanio dengan polosnya.
Keterisolasian mereka di hutan dan ketidaktahuan mereka terhadap etika sosial dan agama membuat suku Polahi tidak mengerti.
“Mengherankan Tak Ada Cacat”
Bagi mereka, kawin dengan sesama saudara kandung adalah salah satu cara untuk mempertahankan keturunan Polahi. “Yang mengherankan, tidak ada dari turunan mereka yang cacat sebagaimana akibat dari perkawinan satu darah pada umumnya,” ujar Ebbi Vebri Adrian, seorang juru foto travel yang ikut menyambangi suku Polahi.
Memang belum ada penelitian yang bisa mengungkapkan akibat dari perkawninan satu darah yang terjadi selama ini di Suku Polahi. Namun, dibandingkan dengan suku-suku pedalaman lainnya di Indonesia, mungkin hanya Polahi yang mempunyai kebiasaan primitif tersebut. Sebuah ironi yang masih saja terjadi di belahan bumi Indonesia ini.
Sumber: tribun news.co