TOTABUAN.CO – Presiden RI Joko Widodo telah bertemu dengan Presiden China Xi Jin Ping di Jakarta Convention Center kemarin. Pertemuan salah satunya membahas mengenai realisasi pembangunan kereta super cepat Bandung-Jakarta, yang akan menjadi kereta tercepat di Indonesia.
Menindak lanjuti keinginan dua presiden tersebut sore harinya Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan sejumlah perusahaan BUMN menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan BUMN China mengenai realisasi pelaksanaan pembangunannya.
Dikutip dari dokumen perjanjian antar kedua belah pihak yang diterima Liputan6.com, salah satu isi perjanjian disebutkan, kereta cepat yang akan dibangun memiliki kecepatan 350 kilometer (km) per jam.
“Membangun kereta api berkecepatan tinggi 350 km per jam dengan desain yang sesuai dengan standar teknis Tiongkok dan dengan menggunakan peralatan Tiongkok berdasarkan model kerjasama yang disepakati,” tulis dokumen tersebut.
Dalam dokumen tersebut juga diungkapkan kerja sama Indonesia dengan China tersebut memiliki ruang lingkup menentukan model kerjasama melalui konsultasi bersama berdasarkan hasil dari studi kelayakan dan dengan tunduk kepada peraturan perundang-undangan Indonesia dan Tiongkok.
Selain itu, kedua pihak sepakat untuk berkolaborasi secara dekat dalam desain, pengadaan, konstruksi, pendanaan, manajemen transportasi, dan perawatan proyek, dan juga pelatihan staf pengoperasian dan perawatan, pembangunan kapasitas, dan pembuatan peralatan perkeretaapian secara lokal untuk HSR Indonesia.
Dalam dokumen tersebut disebutkan, perusahaan BUMN Indonesia yang dipimpin oleh PT Wijaya Karya (Persero) memiliki mitra yaitu PT Jasa Marga (Persero), PT Industri Kereta Api (Persero), PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) dan PT Len Indonesia (Persero).
Sementara dari pihak China, konsorsium perusahaannya akan dipimpin oleh Cnina Railway yang memiliki anggota China Railway International Co. Ltd, China Railway Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, The Third Railway Survey adan Design Institute Group Corporation (TDSI), Chin Academy of Railway Sciences, CSR Corporation Limited dan China Railway Signal & Communication.
Nantinya konsorsium Indonesia akan bertanggung jawab dalam pengerjaan Feasibilty Study yang akan diselesaikan maksimal 8 Mei 2015. Sedangkan konsorsium China akan akan bertugas untuk mempelajari solusi proyek termasuk volumetransparansi, penumpang, tarif, pemilihan rute, pemilihan lokasi, konfigurasi peralatan utama, konstruksi, biaya pengoperasian, manajamen transportasi.
sumber: liputan6.com