TOTABUAN.CO-Tidak hanya konflik antarkelompok di Kalijodo yang diurusi Komisaris Besar Krishna Murti saat menjabat Kapolsek Penjaringan. Sebagai kawasan perjudian, tentu saja ini menjadi magnet bagi oknum aparat. Simbiosis bos judi dan oknum aparat pun terjadi.
Krishna menceritakannya secara gamblang dalam Geger Kalijodo. Buku yang ditulis 2004 itu bercerita komplesitas permasalahan yang ada di lokalisasi yang berdiri sejak 1930-an.
Dia juga menjabarkan pola-pola penyelesaian cepat dan terukur dalam meredam setiap muncul konflik antarkelompok di kawasan ‘beling’ tersebut.
Dalam bukunya Krishna menyebut Kalijodo sebagai ATM Nasional. Duit ratusan juta berputar di kawasan ini. Oknum aparat tentara, polisi, maupun pemda satu per satu datang ke Kalijodo untuk mengambil ‘jatah mel’.
“Para pengelola judi tak segan-segan memberikan sedikit keuntungannya kepada oknum polisi, tentara, maupun aparat pemda. Ibaratnya, semua lapisan ikut menikmati ‘uang panas’ tersebut,” tulis Krishna dalam bukunya.
Meski demikian, dia melarang keras anak buahnya mengambil ‘jatah mel’. “Karena itu sangat merusak martabat aparat dan anak buah saya. Tindakan mereka seperti pengemis saja. Jumlahnya tidak seberapa tetapi merusak moral anggota. Mereka seperti kehilangan daya untuk bertindak tegas jika sewaktu-waktu diperlukan,” tutur Krishna.
Satu bulan menjabat sebagai Kapolsek, dia mengamati ada anak buahnya yang kerap singgah ke Kalijodo. Namun, tidak sampai ke lokasi perjudian, hanya sampai mulut Gang Kambing. Di sana oknum tersebut menerima ‘jatah’ yang diberikan dari pelapak judi.
“Uang itulah yang mereka gunakan untuk menambah biaya patroli atau uang tambahan kopi dan rokok,” kata Krishna.
Meski satu per satu oknum aparat menerima ‘jatah mel’, apabila muncul kerusuhan di Kalijodo, tidak ada satu pun aparat yang membantu memadamkan kerusuhan kecuali Polsek Penjaringan yang membawahi kawasan tersebut.
“Jadi boleh dikatakan, rezeki banyak dibagi, tetapi polsek ketiban sampur,” ujar Krishna.
Lain dulu, lain sekarang. Selepas dia meninggalkan Polsek Penjaringan, dia tidak mengetahui lagi denyut kehidupan kelam Kalijodo.
“Itu zaman dahulu, bukan zaman sekarang, berdasarkan penelitian bagaimana meredam konflik di Kalijodo,” kata Krishna di Markas Polda Metro Jaya, Selasa 16 Februari 2016.
Selepas penangkapan Daeng Azis, salah satu pentolan Kalijodo, dia sikat habis preman dan penjudi di Kalijodo. 290 orang ditangkap.
“Preman Kalijodo sudah habis, sudah saya ratain,” ujar Krishna via telepon.
Sumber:liputan6.com