TOTABUAN.CO — Presiden terpilih Joko Widodo sudah memastikan struktur kabinetnya akan berisi 33 kementerian yang di dalamnya terdapat empat menteri koordinator. Sejauh ini Jokowi masih melakukan seleksi secara tertutup dan berlangsung malam hari.
Sudah ada 180 nama yang telah disaring oleh tim pemburu menteri alias head hunter yang sebelumnya ditugaskan. “Saya tiap malam sampai tengah malam terus berduaan melakukan evaluasi dan penyaringan terutama untuk personel untuk duduki pos di kabinet,” kata Jokowi di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (10/10).
“Sekarang belum selesai. Masih diproses, tapi akan kita selesaikan secepat-cepatnya, lebih cepat lebih baik,” katanya.
Dalam menentukan siapa-siapa saja orang yang cocok untuk menempati jabatan menteri, Jokowi memilih untuk tidak menggunakan tes wawancara. Sebab dia hanya akan melihat rekam jejak calon menterinya.
“Gak ada interview, kita hanya cek. Saya kira manajerial, manajemen, integritas, rekam jejak yang sudah beliau-beliau (calon menteri) kerjakan,” ungkapnya.
Pola seleksi menteri ini rupanya mendapat kritikan dari beberapa pihak. Beberapa politikus terutama dari kubu Koalisi Merah Putih menyebut Jokowi tidak transparan sehingga rakyat tidak mengetahui siapa saja yang sedang diseleksi dan publik tidak bisa memberi masukan mengenai rekam jejak para kandidat menteri.
Namun Wakil Presiden terpilih Jusuf Kalla menegaskan punya alasan mengapa seleksi dilakukan tertutup. “Coba kalau kau diseleksi dan tidak lulus, malunya kayak apa orangnya kan. Masing-masing beda kan. Tapi kalau kalian masuk seleksi menteri, tiba-tiba enggak lulus gimana?” ujar JK di Taman Suropati usai bertemu Jokowi, Jumat (10/10).
JK menegaskan seleksi menteri tertutup yang dilakukan Jokowi bukan transaksional. Sebab, seleksi yang dilakukan memperhatikan rekam jejak, kemampuan leadership, dan integritas tiap kandidat menteri. “Pasti kita periksa rekam jejaknya,” ujar JK.
Sumber: merdeka