TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU — Walikota Kotamobagu Tatong Bara mengatakan, pihak pemerintah terus berupaya untuk menghadirkan program untuk mensejahterahkan masyarakat. Namun, jika budaya konsumtif masih tinggi, akan memicu naiknya angka kemiskinan di daerah.
Menurut Tatong Bara tingginya budaya konsumtif dan tidak diimbangi produktivitas warga Kota Kotamobagu menjadi faktor naiknya angka kemiskinan.
“Dari sisi penganggaran dan program Kota Kotamobagu sudah cukup. Termasuk alokasi dana desa dan dana desa yang masuk ke setiap desa diharapkan akan menekan angka kemiskinan. Namun lagi-lagi budaya konsumtif tidak perlu berlebihan harus diimbangi dengan produktivitas,” tutur Walikota saat memberikan sambutan usai peresmian program Kotaku di Kelurahan Mogolaing Kecamatan Kotamobagu Barat.
Dari sisi ekonomi, kata Tatong sudah dilakukan evaluasi. Ternyata untuk Kota Kotamobagu budaya konsumtif lebih besar dari pada produktivitas.
Ia menolak penilaian berbagai pihak yang menyebut pemerintah lepas tangan terkait dengan angka kemiskinan di Kotamobagu. Pasalnya kata Tatong, pemerintah pada tahun sebelumnya malah menambah program bantuan kepada masyarakat untuk menunjang pendapatan di Kotamobagu, termasuk program pemberdayaan di setiap desa di kelurahan.
“Dari hasil penelitian para pakar ekonom, budaya konsumtif di Kotamobagu terlalu tinggi dan budaya produktif terlalu rendah. Orang Kotamobagu merasa tidak sejahtera,” kata Tatong.
Untuk menekan budaya konsumtif, masyarakat dapat memanfaatkan setiap ruang untuk membuka usaha sehingga nilai tambah ekonomisnya lebih tinggi.
Lewat program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) kata Tatong, warga bisa memanfaatkan peluang usaha produktif.
Program ini juga bertujuan untuk pengentasan permukiman kumuh perkotaan serta meningkatkan akses terhadap infrastruktur dan pelayanan dasar di kawasan kumuh perkotaan untuk mendukung terwujudnya permukiman perkotaan yang layak huni, produktif dan berkelanjutan. (**)