TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kotamobagu mulai mensosialisasikan bahayanya virus zika. Satu tanda yang sudah diketahui banyak orang yaitu sama dengan penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu gigitan nyamuk.
“Begitu juga dengan virus zika dengan gigitan nyamuk. Cara penularannya melalui nyamuk aedes aegypti,” ujar Kepala Bidang Promosi Kesehatan dan Penyelamatan Lingkungan, Dahlan Mokodompit, Sabtu (6/2).
Dahlan mengatakan untuk pencegahan dini agar virus zika tidak menyebar di wilayah Kota Kotamobagu, pihaknya telah melakukan sosialisasi. “Kami sedang melakukan penyuluhan keliling tentang DBD yang hingga kini sudah ada 10 kasus. Bersamaan dengan itu juga kami sosialisasikan bahaya virus zika dan cara pencegahannya. Walau belum terdeteksi bukan berarti tidak ada sehingga itu harus waspada,” ujarnya, pagi tadi.
Seperti virus pada umumnya, pada awal penyakit pasien virus zika akan merasakan demam mendadak, lemas, kemerahan pada kulit badan, punggung dan kaki serta nyeri otot dan sendi.
Berbeda dengan infeksi virus dengue, pada infeksi ini mata pasien akan merah, pasien juga akan merasakan sakit kepala. Infeksi virus zika tidak menyebabkan penurunan kadar trombosit. Masa inkubasi hampir mirip dengan infeksi virus dengue yaitu beberapa hari sampai satu minggu.
Sekilas infeksi virus zika hampir mirip dengan virus dengue sehingga adanya infeksi ini seringkali tidak terdeteksi karena umumnya gejalanya ringan.
Untuk ibu-ibu yang terinfeksi virus ini saat hamil bisa melahirkan bayi dengan kelainan kepala yaitu menjadi kecil sehingga perkembangan otaknya menjadi terganggu.
Cara pencegahannya yaitu sama dengan DBD. “Tentunya masyarakat harus mengantisipasi dengan cara 3 M. Agar tidak ada tempat perlindungan nyamuk. Gerakan 3 M Plus yaitu menguras, menutup, dan mengubur, serta menghindari gigitan nyamuk, memantau semua wadah air yang dapat menjadi tempat jentik nyamuk berkembang biak, ditambah dengan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), dengan demikian nyamuk DBD tak bisa berkembang biak. (rez/ryo)