TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU– Perjuangan Walikota dan Wakil Walikota Kotamobagu Tatong Bara-Nayodo Koerniawan dalam menjalankan masa pemerintahan tampaknya mulai menemui kerikil.
Pasalnya, partai-partai pengusung TB-NK di Pilkada lalu, kini mulai kritis tentang kebijakan yang dilakukan.
Lihat saja di DPRD, semua parpol pengusung seperti fraksi PDIP, Nasdem, Golkar, Demokrat, Hanura, dan PKB kritis keras tentang kebijakan yang dilakukan Tatong Bara di saat penanganan wabah Covid-19.
Pengamat politik Kotamobagu Robianto Suid mengatakan, Tatong Bara sebaiknya membuka komunikasi 2 arah yang lebih intens lagi dengan parpol pengusung. Selain itu membangun komunikasi politik dengan parpol-parpo pengusung di Pilkada lalu.
Robianto menjelaskan, bahwa peta politik Kotamobagu telah berubah pasca Pilkada Kotamobagu 2018.
Lebih spesifiknya lagi, setelah Nasdem, PDIP, Golkar, Hanura dan Demokrat bersikukuh membentuk Pansus terkait anggaran penanganan Covid-19.
“Parpol-parpol yang dulunya merupakan pengusung, kini justru telah berubah. Saat ini peta politik berubah pasca pilkada dan rata-rata telah menjadi seperti partai oposisi,” ungkapnya.
Dia menilai, sikap parpol-parpol pengusung saat ini tak lagi menganggap Tatong Bara sebagai orang yang penting dalam rencana politik mereka.
Agar Tatong Bara tidak merasa sendirian, Robianto menyarankan agar segera membalas jasa pihak yang telah membantu karier politik dirinya.
“Tatong Bara harus mampu mengakomodir kepentingan-kepentingan orang dan kelompok yang telah membantunya mencapai posisi saat ini,” kata dia.
“Tatong harus memikirkan ulang bagaimana mengakomodasi banyak kepentingan, kepada orang-orang yang memang berjasa kepada dirinya. Tapi catatannya, adalah mengakomodasi secara positif jangan secara negatif. Jangan juga bagi-bagi anggaran, jangan juga kong kali kong. Bekerja dengan bersih, dengan berintegritas,” sambungnya.
Dia menilai, TB-NK mulai dijauhi oleh partai-partai pengusungnya. Sebagai saran agar TB-NK merangkul partai politik yang pernah berjasa kepada dirinya.
Ia menyindir soal kritik DPRD terkait kebijakan yang dilakukan TB-NK saat penanganan Covid-19. Munculnya data-data kejanggalan anggaran penanganan Covid-19 juga karena dinilai Tatong bertindak sendirian.
“Iya, seperti Tatong bekerja sendiri. Inilah yang membuat parpol mulai meninggalkannya,” ungkapnya.
Ia khawatir Tatong Bara akan semakin dijauhi oleh orang-orang yang tadinya merupakan pendukung.
Meski demikian, Robianto masih optimis TB akan mampu membangun komunikasi yang baik lagi ke depan apabila komunikasi dua arah ini dilakukan. “Belum terlambat untuk membangun komunikasi. Dan itu saya optimis,” pungkasnya. (*)