TOTABUAN.CO MANADO – Pasca terjadi pengrusakan Masjid Al Hidayah yang yang ada di Perum Agape Desa Tumaluntung Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara Rabu 29 Januari 2020 sekitar pukul 17.48 Wita, sikap tegas dikeluarkan sejumlah organisasi masyarakat (Ormas) Islam, dan aktivis Muslim Sulawesi Utara (Sulut) .
Sikap tegas itu diambil karena aksi pengrusakan tempat ibadah merupakan tindakan barbarian dan penistaan yang mencederai toleransi kehidupan beragama dan mencoreng kerukunan dan persaudaraan di Sulut.
“Sebagai reaksi atas kejadian pengrusakan rumah ibadah kaum muslimin sejumlah umat muslim Sulawesi Utara menyatakan sikap tegas,” ujar perwakilan tokoh masyarakat Muslim Sulut Djafar Alkatiri.
Senator DPD RI ini menegaskan, munculnya aspirasi, sebagai reaksi kejadian pengrusakan rumah ibadah .
Ada tujuh sikap yang menjadi permintaan yang dibacakan.
Pertama, mengutuk tindakan pengrusakan Masjid Alhidayah di Perumahan Agape, Desa Tumaluntung Kabupaten Minahasa Utara.
Kedua, mendesak kepada Kapolda Sulawesi Utara untuk segera mencari dan menangkap semua pelaku pengrusakan rumah ibadah kaum muslimin serta menangkap otak/dalang/aktor intelektual pelaku pengrusakan Masjid Al Hidayah Desa Tumaluntung di Minahasa Utara untuk segera diproses hukum.
Ketiga, meminta dengan tegas FKUB Minahasa Utara untuk tidak menghalangi dan meminta pihak kepolisian menindak oknum ketua FKUB Minahasa Utara yang menghambat perizinan proses rekomendasi pendirian rumah ibadah.
Keempat, Bupati Minahasa Utara dan pemerintah setempat harus bertanggungjawab telah melakukan pembiaran pengrusakan masjid.
Kelima, mendesak Kapolda Sulawesi Utara segera mencopot Kapolres Minahasa Utara, karena telah melakukan pembiaran pengrusakan rumah ibadah.
Keenam, memberi waktu 2 x 24 jam untuk menindaklanjuti penyelesaian atas sikap dan tuntutan kami di atas.
Ketujuh, meminta pemerintah dan kepolisian untuk menjamin keamanan dalam pembangunan dan pelaksanaan ibadah di masjid Al Hidayah Perum Agape Minahasa Utara.
Dalam pernyataan sikap itu dihadiri sejumlah tokoh Ormas Islam Sulut tampak anggota DPR RI Djafar Alkatiri dan petinggi Ormas Islam. Seperti Nahdlatul Ulama Sulawesi Utara, Muhammadiyah Sulawesi Utara, Syarikat Islam Sulawesi Utara, Presedium KAHMI Sulut, Dewan Masjid Indonesia Sulut, Syarikat Islam Indonesia Sulut, Wahdah Islamiyah Sulut, Mathlaul Anwar Sulawesi Utara, BKPRMI Sulawesi Utara, Parmusi Sulut, KB PII Sulut, Bamusi Sulut, PHBI Sulut, ICMI Sulut, IPHI Sulut, LDKA Sulut, Pagar Nusa Sulut, LPBHNU Sulut, dan Pejuang Suling,
Selain itu Barisan Solidaritas Muslim Sulut, KKSS Sulut, KKIG Sulut, Himpunan Ukhuwah Islamiah, Ilomata Manado, GSMI Sulut, Bikers Subuhan Manado, Pemuda Muslim Manado, KMBS Sulut, tim pengacara Muslim Sulut, Garmas Sulut, FKIB (Forum Komunikasi Imam dan Badan Takmir) Bunaken, Muslim Bikers Comunity Sulut, Persatuan Pekerja Muslim Indonesia (DPW PPMI) Sulut, dan Kerukunan Keluarga Jaton Indonsia (KKJI) Sulut.
Selanjutnya Pemuda Muslim Indonesia Sulut, Jamaah Tablig Sulut, Ikatan Persaudaraan Imam Kota Manado, Comando Masyarakat Ekonomi Lemah (Comel), Majelis Taklim Siratal Mustaqim, Majelis Taklim Alfatah Bitung, Majelis Buraq, Majelis Arrayyan, Pemuda Muhammadiyah Sulut, Aisyiyah Sulut, Prima DMI Sulut, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Minut, Komunitas Alyadululyah Sulut dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah Minsel.
Dalam pernyataan sikap itu ditegaskan, bahwa perbuatan perusak tempat ibadah tidak bisa lagi dimaafkan dalam kehidupan negara yang melindungi kemerdekaan penduduknya untuk menjalankan agama dan kepercayaan sebagaimana dijamin oleh undang-undang yang berdasarkan kepada Pancasila dan UUD 1945. (*)