TOTABUAN.CO– Peneliti LIPI Hermawan Sulistyo mengatakan banyaknya jalur tikus di perairan Indonesia, khususnya di wilayah Sulawesi membuat orang dari luar Indonesia dengan leluasa mengirim senjata, termasuk bom.
“Pulau-pulau kecil kan banyak, lewat jalur Mindanau ke Miangas, bisa masuk lewat jalur-jalur tikus. Dari Filipina bisa masuk ke perairan Sulawesi Selatan. Masih mudah ngirim pasokan senjata bahkan bom,” kata Hermawan pada acara diskusi tragedi bom Thamrin dan database teror bom di Indonesia yang digelar di Gedung LIPI, Jakarta, Jumat (22/1).
Hermawan menambahkan, jalur tikus di wilayah Indonesia sangat rawan peredaran senjata ilegal.
“Kawasan (jalur) pemasok senjata ilegal dari luar sampai Aceh, kepulauan Riau, itu bisa ratusan jalur sepeti itu,” terangnya.
Selain sebagai jalur pemasok senjata, kawasan jalur tikus juga dipakai untuk transaksi pasar bebas senjata ilegal.
“Kalau dilihat dari data terakhir, uang yang dikirim kelompok teroris itu untuk membeli senjata, dan jalur itu pasar bebas beli senjata ilegal,” terangnya.
Sebab itu, kata Hermawan, pemerintah diminta lebih fokus meningkatkan pengamanan di perairan jalur-jalur ‘tikus’, bukan hanya pada pencegahan deradikalisasi bagi para teroris.
“Saya pikir percuma pemerintah menjalankan program deradikalisasi pelaku teroris kalau jalur-jalur tikus itu masih bebas dijadikan memasok senjata dan bom,” tukasnya.
Selain itu, Hermawan tidak sepakat dengan revisi UU Teroris lantaran undang-undang yang sudah dibuat tidak dijalankan dengan maksimal.
“Enggak ada yang urgent (penting). Yang ada aja enggak dijalanin, mau dibikin rancangan UU teror, rancangan UU Kamnas, rancangan UU TNI dan segala macam, yang ada aja enggak dijalanin,” cetus Hermawan.
Sumber: merdeka.com