TOTABUAN.CO – Harga minyak mentah dunia merosot ke posisi terendah dalam 3 tahun pada Rabu (Selasa) ini setelah Arab Saudi memangkas harga minyak yang dijual ke Amerika Serikat.
Ini mengguncang pasar yang sudah stabil tapi kemungkinan akan memberikan stimulus ekonomi dunia yang tak terduga.
Harga minyak mentah AS turun 2 persen menjadi US$ 77,19 per barel pada satu titik jatuh ke US$ 75,84 per barel. Ini menjadi level terendah sejak Oktober 2011, melansir laman Washington Times.
Pada Juli, harga minyak diperdagangkan di US$ 100 per barel. Brent, patokan minyak internasional, turun 2,3 persen menjadi US$ 82,82, setelah sebelumnya jatuh ke US$ 82,08 per barel, level terendah dalam lebih dari empat tahun.
Penurunan harga minyak hingga 25 persen sejak musim panas bisa meningkatkan belanja konsumen dan investasi bisnis di banyak negara di seluruh dunia.
Tapi tidak semua orang adalah pemenang. Negara penghasil minyak seperti Rusia dan Venezuela, yang memiliki biaya ekstraksi yang tinggi dan yang anggarannya bergantung pada asumsi harga energi yang relatif tinggi harus kalah.
Dan harga yang lebih rendah akhirnya bisa memperlambat booming produksi di AS, mengimbangi manfaat dari biaya energi yang lebih rendah bagi konsumen dan bisnis.
Adam Slater, Ekonom Senior di Oxford Economics, menganggap jatuhnya harga minyak jika berkelanjutan, bisa menambah sekitar 0,4 persen terhadap PDB AS dalam dua tahun, dan sedikit pengurangan di Eropa.
China, yang merupakan konsumen minyak terbesar kedua berada di jalur untuk menjadi net importer minyak terbesar, bisa melihat PDB 0,8 persen lebih tinggi daripada sebaliknya. “Ini mirip dengan stimulus kejutan,” kata Slater.
sumber: liputan6.com