TOTABUAN.CO BOLMONG — Sebuah baliho sederhana berdiri di pinggir jalan desa, dikelilingi oleh hamparan sawah yang mulai menguning. Di tengah baliho itu, terpampang wajah seorang perempuan dengan senyum hangat: Yasti Soepredjo Mokoagow, anggota Komisi V DPR RI.
Bukan karena kampanye, bukan karena janji-janji politik. Tapi karena hasil kerja nyata yang mulai terlihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat. Irigasi yang dulu hanya jadi wacana, kini mulai mengalirkan air ke sawah-sawah kering. Jalan yang dulu rusak dan sulit dilalui, kini telah diperbaiki. Dan sejumlah program bantuan perumahan mulai menyentuh rumah-rumah warga berpenghasilan rendah.
“Kita di desa ini tidak butuh banyak janji, Bu Yasti sudah buktikan sendiri,” ujar Ibu Yuliana, seorang petani sekaligus ibu rumah tangga di wilayah Dumoga.
Tangannya penuh lumpur, tapi matanya berbinar saat berbicara.
“Kami tidak kenal dekat, tapi kami lihat sendiri apa yang dia perjuangkan,”sambungnya.
Ucapan terima kasih kepada Yasti tak hanya datang dari pemerintah desa atau tokoh-tokoh masyarakat. Justru, apresiasi paling tulus datang dari kalangan akar rumput petani, ibu rumah tangga, pedagang kecil, dan anak-anak muda desa yang mulai merasakan perubahan.
Nama Yasti Soepredjo Mokoagow bukanlah nama baru dalam kancah politik nasional maupun lokal. Ia pernah duduk dua periode sebagai anggota DPR RI, dan menjabat sebagai Bupati Bolaang Mongondow periode 2017–2022. Namun, berbeda dengan politisi yang hanya “turun” saat musim pemilu, Yasti dikenal sebagai sosok yang tidak segan menyingsingkan lengan baju dan langsung turun ke lapangan.
Setelah menyelesaikan masa tugas sebagai kepala daerah, banyak yang mengira ia akan pensiun dari panggung politik. Tapi panggilan hati dan dorongan masyarakat membuatnya kembali mencalonkan diri ke DPR RI melalui PDI Perjuangan. Dan benar saja, rakyat kembali memberikan kepercayaan.
Kini ia duduk di Komisi V DPR RI, komisi yang membidangi infrastruktur, transportasi, perumahan rakyat, dan pembangunan desa tertinggal. Sebuah posisi yang sangat strategis untuk memperjuangkan kebutuhan masyarakat Sulawesi Utara, khususnya wilayah Bolaang Mongondow Raya.
Salah satu program yang paling dirasakan manfaatnya adalah pengadaan irigasi pertanian di sejumlah desa di Bolmong. Petani yang dulu menggantungkan nasib pada hujan kini bisa menanam dua hingga tiga kali dalam setahun. Hasil panen meningkat, dan kesejahteraan mulai terasa meningkat meski perlahan.
Program lain yang mendapat sorotan positif adalah bantuan rumah layak huni, yang menyasar keluarga miskin. Banyak rumah yang sebelumnya tak layak huni kini berubah menjadi tempat tinggal yang nyaman, meski sederhana.
“Saya tidak tahu caranya berterima kasih, tapi semoga Bu Yasti sehat dan terus bantu kami,” cerita Ibu Nurlela, penerima bantuan rumah di Kecamatan Passi Barat.
Tak hanya itu, pembangunan dan perbaikan infrastruktur jalan desa juga menjadi prioritas. Jalan-jalan yang sebelumnya rusak dan berlubang kini mulai diaspal, memudahkan akses antar desa dan meningkatkan perputaran ekonomi lokal.
Yasti bukan politisi instan. Kariernya dimulai dari bawah. Ia pernah dipercaya sebagai Ketua Komisi V DPR RI saat masih bersama Partai Amanat Nasional (PAN). Posisi tersebut membentuk kepeduliannya terhadap pembangunan infrastruktur dan wilayah tertinggal.
Setelah memilih berlabuh ke PDI Perjuangan, Yasti terus memperkuat komitmennya untuk menjadi wakil rakyat yang tidak hanya duduk di Senayan, tapi juga hadir di tengah rakyat. Kini, selain di Komisi V, ia juga dipercaya menjadi anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI, lembaga strategis dalam penyusunan undang-undang.
Dukungan untuk Yasti agar kembali duduk di DPR RI tidak datang secara tiba-tiba. Ini adalah buah dari kepercayaan yang tumbuh sejak lama karena mampu menghadirkan perubahan nyata di tengah masyarakat.
Masyarakat menyadari bahwa pembangunan bukan perkara satu-dua tahun. Tapi ketika ada wakil rakyat yang konsisten dan tahu arah perjuangan, harapan bukan lagi sekadar mimpi.
Dalam suasana politik yang sering kali dipenuhi retorika dan kepentingan pribadi, kisah seperti yang dilakukan Yasti Soepredjo Mokoagow menghadirkan angin segar. Ini bukan soal partai, bukan soal warna, tapi tentang bagaimana politik bisa hadir dan menyentuh hidup orang kecil.
Baliho ucapan terima kasih itu mungkin sederhana. Tapi maknanya dalam: rakyat tahu siapa yang bekerja, siapa yang peduli, dan siapa yang layak didukung.
Dan dari pelosok-pelosok desa di Bolaang Mongondow, suara rakyat itu kini bergema.Terima kasih, Bu Yasti. Teruslah berjuang bersama kami. (*)