TOTABUAN.CO POLITIK — Sudah menjadi rahasia umum, menghadapi pemilu, calon legislatif (Caleg) harus menyiapkan dana tak sedikit untuk maju.
Untuk menang di Pemilu baik di tingkat daerah kabupaten/kota, provinsi ataupun di pusat, tentunya, ongkos politik sangat berbeda-beda di tiap daerah sesuai dengan konstituen pemilihnya.
Seperti Caleg DPRD Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Dapil 4 Feramitha Tiffani Mokodompit, sejak awal terlihat sangat siap hadapi Pemilu 2024. Kesiapan itu terlihat dari sebaran Alat Praga Kampanye (APK) yang terpampang di Dapil 4.
Feramitha merupakan Caleg pendatang baru yang terbilang memiliki Baliho terbanyak yang disebar diratusan titik di empat kabupaten dan satu kota. Meliputi Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan Kota Kotamobagu.
Darah 26 Tahun ini maju dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Sebagai pendatang baru, Feramitha harus menguras tenaga secara ekstra untuk blusukan maupun menyiapkan Baliho sebagai wadah sosialisasi.
Lantas berapa perkiraan dana yang dikeluarkan Feramitha jika dihitung dari jumlah sebaran Baliho, di empat kabupaten kota di BMR dengan berbagai ukuran.
Seperti jumlah sebaran Baliho di Kabupaten Bolaang Mongondow 200 desa dan 2 kelurahan, tentu mengeluarkan dana tidak sedikit. Jika setiap desa dan kelurahan terpasang dua Baliho, Feramitha harus menyiapkan 404 buah baliho. Melihat jumlah tersebut, Feramitha harus merogoh kocek tidak kecil. Dihitung setiap lembar baliho dengan ukuran 2×3 dengan harga 210 ribu, maka jumlah 404 Baliho, total dana Baliho di Kabupaten Bolmong berjumlah 84 juta rupiah lebih. Jumlah itu, baru di satu daerah saja dan belum termasuk biaya kayu dan ongkos pengerjaan kerangkanya. Biasanya satu baliho lengkap dengan ongkos pasang kayu dan biaya tukang, diperkirakan memakan biaya 500 ribu rupiah setiap Baliho.
Dari pantauan, sebaran Baliho milik anak Pj Bupati Bolmong Limi Mokodompit ini, bukan hanya di Kabupaten Bolmong saja. Melainkan teraebar di empat daerah. Diperkirakan jumlah Baliho yang tersebar di lima kabupaten mencapai 500 buah lebih.
Selain Baliho, aksesoris lainnya seperti Kalender, stiker, one way yang dipasang di mobil. Ada juga Baluho yang dipasang di billboad kompleks pertokoan di Kota Kotamobagu. Untuk baliho besar, biasanya pemasangan tersebut dikontrak perbulan diperkirakan 15 juta perbulan.
Sehingga diperkirakan dana yang dikeluarkan untuk urusan APK, mendekati 500 juta rupiah.
Jumlah tersebut sangat mahal bagi seorang Caleg pendatang baru. Terlebih bagi Caleg yang belum memiliki penghasilan tetap. Belum lagi ditambah dengan biaya operasional saat akan melakukan sosialisasi, bantuan sosial, serta operasional tim di lapangan.
Lantas, untuk apa saja modal caleg ini?
Modal caleg digunakan untuk berbagai macam hal, salah satunya untuk akomodasi. Selama masa kampanye, caleg akan mengeluarkan banyak biaya untuk kebutuhan transportasi, penginapan, makan, dan lain-lain yang jumlahnya bisa melebihi perencanaan awal.
Selain untuk akomodasi, modal caleg biasanya digunakan untuk biaya kampanye seperti menyiapkan atribut (kaos, umbul-umbul, iklan, baliho) maupun logistik. Tujuannya tidak lain adalah untuk meningkatkan branding bagi caleg.
Masih ada lagi yang lain? Tentu ada. Seperti untuk tim sukses, biaya pengumpulan massa, hingga biaya saksi.
Kemudian ada sejumlah faktor juga yang mempengaruhi modal caleg, seperti ukuran dan karakteristik dapil, kebijakan dan mekanisme parpol, hingga strategi dan gaya kampanye caleg. (*)