TOTABUAN.CO – MotoGP akan berlanjut ke seri kedua di Argentina, di mana juara dunia Jorge Lorenzo baru sekali finis podium sebagai juara ketiga musim 2014. Dari semua sirkuit yang ada di kalender musim ini, Argentina adalah satu-satunya di mana pembalap Movistar Yamaha itu tak bisa masuk dua besar.
Namun demikian, perubahan ke ban Michelin mungkin bisa mengubah peruntungannya, karena dia masih menjadi pembalap yang paling bisa beradaptasi dengan ban asal Prancis itu, terbukti dengan kemenangan di Qatar.
Kilas balik musim 2015, rekan setimnya Valentino Rossi bisa juara ketika itu berkat pilihan ban yang tepat, dan mampu menyusul semua pembalap di depannya yang mulai kehilangan grip. Dia merayakan di podium dengan kaos Diego Maradona nomor 10, mewakili ambisinya untuk merebut gelar juara dunia ke-10 di semua kelas.
Jika menang lagi, itu akan memberi suntikan besar bagi perjuangannya musim ini setelah hanya finis keempat di seri pembuka di Qatar. Patut dicatat, dia hanya terpaut 0.15 detik dari posisi podium ketika itu. Bahkan kalau dia memilih ban lunak seperti Lorenzo, hasilnya mungkin berbeda.
Setelah Qatar, Argentina kembali akan menjadi ajang pamer top speed Ducati karena sirkuit Termas De Rio Hondo memiliki lintasan lurus 1 kilometer, salah satu yang terpanjang dalam kalender.
Bicara top speed, kita ingat bagaimana Andrea Iannone baru saja memecahkan kecepatan tertinggi dalam sejarah MotoGP yaitu 351,2 km/jam dalam sesi latihan di Qatar. Dia dan sesama pembalap Ducati Andrea Dovizioso mendemonstrasikan betapa superiornya motor Desmosedici GP16 di lintasan lurus dan dari baris kedua mereka bisa dengan mudah memimpin di awal balapan.
Pertunjukan itu berpotensi terulang di Argentina, dan para pendukung all-Italian team itu tentu berharap agar Iannone tidak lagi terjatuh karena dia sudah bisa membuktikan kemampuannya bersaing di barisan terdepan.
Dovi seperti mengulangi lagi kisah 2015, di mana di seri pembuka dia mampu finis kedua. Jika sejarah terulang, posisi yang sama akan didapatnya di Argentina. Tentu dia ingin lebih baik dan Ducati jauh hari sebelumnya sudah mematok target yang sangat tegas, harus bisa menang grand prix lewat dua Andrea itu.
Musim lalu, Iannone juga nyaris finis podium, sayang dia disalip oleh Cal Crutchlow di putaran terakhir lap terakhir.
Balapan 2015 di Argentina membuktikan Ducati adalah pemain serius di sana, dan tahun ini datang dengan motor yang lebih baik, seperti kata pembalap uji Casey Stoner: sangat-sangat kencang.
Pembalap Repsol Honda Marc Marquez adalah salah satu bintang di Argentina meskipun dengan hasil bertentangan: juara di 2014 dan — seharusnya finis kedua — gagal finis akibat tabrakan dengan Rossi di 2015.
Satu hal yang pasti, dia sangat kencang di sirkuit itu dan dalam dua kali kehadirannya selalu bisa bersaing merebut juara. Motor RC213V miliknya memang sulit diprediksi musim ini karena tidak cepat beradaptasi dengan ban Michelin dan khususnya perangkat elektronik Magneti Marelli, namun di Qatar dia mampu bersaing ketat di tiga besar.
Dengan peta kekuatan yang relatif imbang di antara sedikitnya lima pembalap, Argentina menjanjikan pertarungan yang sangat menarik dan mendebarkan. Tapi satu hal sudah jelas, pemenangnya adalah yang paling cerdik memilih tipe ban.
sumber:beritasatu.com