TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU – Proses melahirkan secara operasi caesar ternyata lebih berbahaya dibandingkan proses bersalin normal. Menurut sebuah penelitian, satu dari sepuluh wanita terkena infeksi pasca melahirkan caesar, sehingga mereka perlu dirawat lebih lama.
Para ahli kedokteran memperingatkan, caesar harus dilakukan hanya bila benar-benar diperlukan karena risiko infeksi sangat tinggi. Kelahiran yang memerlukan operasi caesar adalah melahirkan kembar, ibu hamil dengan tekanan darah tinggi, atau diabetes yang berarti bahwa kelahiran alami akan berisiko tinggi.
Sebanyak satu dari sepuluh ibu hamil menderita rasa takut melahirkan yang dikenal sebagai tokophobia. Untuk beberapa itu hanya sebuah fobia irasional, tetapi pada orang lain itu dipicu oleh trauma persalinan sebelumnya.
Walikota Kotamobagu Tatong Bara berharap Kota Kotamobagu 0 % Operasi Caesar. Dia meminta agar petugas kesehatan dapat mengawal ibu hamil dari 0 bulan kehamilan sampai pada proses melahirkan.
“Kalau dia normal maka dia harus diberlakukan melahirkan secara normal,” kata Tatong usai menghadiri acara peringatan KHN ke 53 di Dinas Kesehatan Rabu (15/11).
Dia menegaskan, bagi petuas yang ada di Puskesmas agar tidak merekomendasikan operasi caesar terkecuali dalam kondisi yang tidak bisa ditolelir lagi. Sebab operasi caesar resiko lebih besar dari melahirkan secara normal.
“Melahirkan secara normal itu salain sisi ekonomi hemat, juga sangat sehat,” jelasnya.
Presiden juga kata Tatong, sudah mengintruksikan lewat kementerian Kesehatan untuk mengembalikan ibu yang melahirkan agar menyusui bayi. Ini juga bagian dari indikator kota layak anak,” tandasnya.
Diberlakukannya 0 % Opersasi Caesar ini selain untuk kesehatan, sebagai wujud juga dalam pencapaian indikator untuk menjadikan Kota Kotamobagu sebagai Kota Layak Anak ( KLA).(**)