TOTABUAN.CO – Kebahagiaan Muslem Puteh (47) seketika musnah setelah mengetahui istri tercinta, Suryani Abdul Wahab pergi untuk selama-lamanya. Ditambah lagi, bayinya yang baru dilahirkan pun ikut meninggal dunia.
Suryani meninggal setelah terlambat mendapat perawat medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA), Banda Aceh. Dia terlambat dioperasi lantaran dokter di rumah sakit tersebut tidak ada. Padahal, sejak dari rumah Suryani sudah mengalami kesakitan karena akan melahirkan.
“Waktu saya tanya kenapa tidak segera ditangani, mereka bilang nggak ada dokter. Bahkan ada salah satu perawat di situ bilang urusan dokter bukan urusan keluarga pasien,” kata Muslem Puteh.
Lantaran tak juga diberikan penanganan, pihak rumah sakit malah merujuk Suryani ke Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA).
Di RSUZA korban langsung ditangani dan sekitar pukul 22.00 WIB medis melakukan tindakan operasi.
“Setelah selesai operasi, saya melihat anak saya sudah meninggal. Saya Tanya kenapa seperti ini, kata dokter harusnya istri saya harus dioperasi 8 jam sebelumnya,” kata Muslim.
Saat itu istrinya dalam kondisi lemas hingga harus dilakukan transfusi darah. Lalu, salah seorang dokter menjumpainya dan meminta izin untuk mengangkat rahim istrinya.
“Dokter bilang untuk selamatkan nyawa istri saya peranakan harus diangkat, saya jawab lakukan apapun untuk keselamatan istri saya,” imbuhnya.
Akan tetapi, setelah istrinya menjalani operasi Selasa (29/3) hingga pukul 04.00 WIB, ternyata tidak bisa diselamatkan oleh tim medis. Karena menurut keterangan dokter yang disampaikan pada Muslem, penanganan istrinya terlambat hingga rahimnya sudah hancur.
Mengetahui hal itu, Gubernur Aceh, Zaini Abdullah langsung melakukan sidak ke Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA), Banda Aceh.
Zaini berjanji akan melakukan evaluasi dan membuat kronologi rekam medis untuk mengetahui penyebab kematian ibu bersalin ini beserta anaknya. Bila menemukan ada kelalaian dari pihak rumah sakit, dia berjanji akan menindak tegas.
“Saya belum bisa berikan keterangan pasti karena informasi masih simpang siur. Kita tunggu kronologisnya. Saya sudah minta kepada direktur RSIA untuk membuat kronologis,” kata Zaini.
Sementara itu, Direktur RSIA, Erni Ramayani saat diminta tanggapan tidak banyak bicara. Dia hanya menjawab pertanyaan yang dilontarkan media sekedarnya dan lebih irit bicara.
Erni hanya menyebutkan, saat itu pasien dalam kondisi normal. Meskipun ia akui ketiga dokter yang ada di RSIA tidak berada di tempat. Satu orang dokter piket yaitu dr Ulfa sedang sakit dan dua lagi berhalangan. Makanya pihaknya merujuk pasien ke Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA), Banda Aceh.
“Memang dokter piket sakit dan waktu itu dokter lain pun berhalangan,” jelasnya singkat.
sumber:merdeka.com