TOTABUAN.CO– Pakar militer dan intelijen Susaningtyas NH Kertopati menilai, otak pelaku modus teror bom Sarinah bisa saja mengadopsi cara-cara teror yang terjadi di Paris, Prancis November akhir tahun lalu.
“Bisa saja ini efek pantulan kaca dari Paris. Tapi kita harus lihat hasil penyelidikan Polri dulu, apakah ini Islamic State (IS). Bisa saja JI (Jamaah Islamiyah)” kata wanita yang akrab disapa Nuning itu, Kamis (14/1).
Seperti diketahui, setelah meledakkan bom bunuh diri, sebagian kawanan pelaku secara membabi buta berani berhadap-hadapan dengan aparat kepolisian. Akibat aksi ini, baku tembak pun tidak terhindari. Modus seperti ini juga yang terjadi di Paris. “Mereka (pelaku) random, yang penting pemboman tersebut ditujukan untuk menyatakan bahwa eksistensi mereka diakui dan tuntutan mereka dikabulkan,” ujar Nuning.
Namun pascateror bom diakui Nuning, masih banyak kemungkinan modus dan kelompok yang bertanggungjawab, termasuk kemungkinan kelompok Gafatar yang kini tengah disorot. “Gafatar memang tidak bersenjata, tapi bisa saja mereka lakukan kerja sama,” ucap Nuning.
Guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, untuk sementara waktu ada baiknya masyarakat menghindari tempat-tempat keramaian yang identik dengan eksistensi Amerika Serikat (AS). Pasalnya, di tempat-tempat seperti itu biasanya yang menjadi sasaran empuk pelaku teror.
Teror yang terjadi di bilangan Thamrin, Jakarta Pusat menelan korban sebanyak tujuh orang dan sedikitnya 24 orang luka-luka.
Sumber: beritasatu.com