TOTABUAN.CO–Kodam XVI/Pattimura sedang giat menginisiasi program Emas Biru dan Emas Hijau untuk meningkatkan kesejahteraan warga. Ternyata ada berkah lain yang muncul.
Melihat potensi alam yang sangat kaya di Kota Ambon, Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo berinisiatif untuk memberdayakannya. Hal tersebut tentunya dilakukan untuk kepentingan warga agar kualitas hidup mereka pun semakin meningkat melalui pengelolaan sumber daya alam yang baik dan benar.
Saat ini, Doni beserta jajarannya fokus pada penghijauan dan juga budidaya ikan laut dengan melakukan pelatihan-pelatihan untuk warga. Istilah yang dibuatnya adalah emas hijau yang berarti menanam pohon dan emas biru yang berarti memproduksi ikan laut.
Untuk pelatihan budidaya ikan sendiri, Kodam Pattimura bekerjasama dengan PT BRI serta diikuti oleh 100 orang peserta. Sementara untuk pembibitan, program bekerjasama dengan Paguyuban Budiasi (sebelumnya ditulis Yayasan Budi Asih) dan sudah 2 kampung yang mendapat pelatihan. Nantinya kedua program ini akan berlanjut ke daerah lain di wilayah Maluku dan Maluku Utara, khususnya program pembibitan.
“Kodam bekerjasama dengan sejumlah pihak akan memberikan bibit gratis dan mengajarkan masyarakat membuat pembibitan mandiri di pulau-pulau besar. Sehingga warga tidak perlu bergantung dengan siapapun. Tanah juga subur,” ujar Doni dalam perbincangan dengan detikcom, Minggu (13/9/2015).
“Kalau program ini dilaksanakan dengan serius, 8 sampai 10 tahun yang akan datang masyarakat Maluku dan Maluku Utara akan sejahtera. Asal mau merawat dalam kurun waktu tertentu, tanaman akan tumbuh dengan baik,” sambungnya.
Saat ini wilayah yang sudah mendapat pendampingan untuk pembibitan adalah Negeri Mamal dan Negeri Morella di Leihitu, Ambon. Bersama TNI, warga setempat mendapat pelatihan dari ahli yang dikirim oleh Paguyuban Budiasi. Program pembibitan yang rencananya akan dikembangkan hingga wilayah lain itu juga nantinya akan menyesuaikan keinginan warga ingin melakukan pembibitan tanaman apa. Juga berdasarkan endemik tanaman itu sendiri. Misalnya cengkeh, pala, gandaria, gaharu dll.
Namun Doni sendiri memprogramkan pembibitan jabon (jati kebon) merah untuk wilayah tersebut. Pasalnya di wilayah Maluku dan Maluku Utara, Doni melihat banyak terdapat tanaman tersebut dan mampu tumbuh tanpa perlu banyak perawatan serta berpotensi untuk dijadikan lahan usaha warga.
Pembibitan Jabon Merah rencananya akan dilakukan dalam waktu dekat di Morella dan Mamala. Saat detikcom mengunjungi lokasi pembibitan di Morella, Sabtu (12/9), ratusan polybag bibit sudah mulai tumbuh. Warga setempat sudah selesai melakukan pelatihan dan kini tengah melanjutkan hasil pelatihan bersama TNI dan Paguyuban Budiasi.
“Ini kami sudah selesai pembukaan lahan, penyemaian, pembedengan, dan sekarang sedang perawatan bibit durian. Ini sekarang juga sekaligus lagi penyemaian pala juga sambil menunggu cengkeh karena belum panen (untuk bahan penyemaian). Rencananya juga kita mau pembibitan Jabon merah,” ungkap seorang warga Morella, Ahmad Manilet yang sedang merawat bibit.
Selama pelatihan, Ahmad mengaku belajar banyak hal. Mulai dari pencampuran pupuk kandang, campuran bibit dan penyemaian. Ada 4 tim di mana masing-masing 1 tim berjumlah 10 orang yang ikut dalam pelatihan di Morella. Mereka pun setiap harinya bergiliran melakukan perawatan bibit pagi dan sore.
“Penyemaian akan tubuh tunas 3 sampai 4 minggu. Lalu dipindahkan ke Polybag. Lalu dirawat lagi, bagi tugas pagi dan sore. rencana juga jabon merah. Nanti hasilnya akan dibagikan ke warga, karena ini kan program Kodam untuk masyarakat,” kata Ahmad.
Ahmad sendiri termasuk warga yang sangat aktit terlibat dalam program pembibitan ini. Meski saat ini proses sudah mulai dilepas oleh pihak TNI dan Budiasi, kata Ahmad, mereka sesekali mengontrol pembibitan yang ada di Morella. Jika menemukan masalah, warga biasanya akan langsung berkoordinasi melalui babinsa setempat.
“Kendala misalnya kurang pupuk kandang karena di Morella kerbau itu nggak ada. Maka kita komunikasikan dengan TNI mereka akan cari. Jadi kita benar-benar melanjutkan apa yang dilakukan TNI. Mereka yang melakukan awalnya, kita yang olah. Setelah pelatihan mereka tetap tinjau ke sini. Sekarang mereka sedang buka lahan di Mamala. Rencananya di lahan ini untuk 20 ribu bibit tanaman,” jelasnya.
Melihat program yang bagus ini, seorang warga di Morella rela mengibahkan lahannya seluas hampir satu hektar untuk tempat pembibitan. Apalagi dengan adanya kegiatan baru, potensi konflik antara warga desa Morella dan Malala berkurang.
“Ada kegiatan ini, konflik atau pikiran negatif berkurang. Kegiatan sangat bermanfaat. Sebelum ada pelatihan, biasanya ada bunyi bom. Sekarang udah berkurang, minuman Sofi juga jadi tidak ada,” tutur Ahmad.
Kedua desa ini memang beberapa kali mengalami keributan hingga korban berjatuhan. Letak kedua desa ini bersebelahan di mana jika menggunakan jalur darat, untuk sampai ke Morella maka perlu melewati desa Mamala. Sejak konflik terakhir, warga Morella akhirnya terpaksa menggunakan jalur laut jika hendak pergi ke kota untuk menghindari bentrokan kembali muncul.
Meski begitu, sejak program ini dimulai suasana tegang di kedua desa berangsur-angsur mulai berkurang. Jika berhasil, Ahmad mengaku desa Morella bersedia bekerjasama untuk saling bertukar bibit dengan desa Mamala.
“Kalau komunikasi lancar mungkin bisa karena kita ada sekdes juga. Asal ada komunikasi kan? apa susahnya? Toh untuk kebaikan. Program pembibitan ini juga mungkin bisa jadi batu loncatan untuk silahturahmi kami,” ucap pria yang pernah bekerja di Papua itu.
Sementara itu Wakil Ketua Paguyuban Budiasi I Wayan Budi Sutomo yang datang sebagai salah satu ahli pemberi pelatihan menyatakan sangat mengapresiasi program yang digagas Mayjen Doni ini. Apalagi menurutnya antusias warga cukup tinggi.
“Mengenai latihan sendiri respon dari masyarakat dan pemudanya, khususnya di Morella cukup antusias. Mereka bisa manfaatkan apa yang ada di sekitarnya, seperti tanahnya. Selama ini mereka ambil bibit cuma yang jatuh dari pohon. Jadi ini kita ajarkan ini lho seperti ini pembibitannya. Memang nggak instan tapi hasilnya akan luar biasa, jauh dibandingkan jika bibit hanya diambil dari yang jatuh dari pohon,” terang Wayan yang ditemui dalam kesempatan yang sama.
Wayan pun menyadari, pembibitan ini ternyata memiliki nilai tambah lain. Yakni dapat menjadi sarana perdamaian bagi desa Morella dan desa Mamala yang bertikai. Wayan melihat sendiri karena selama beberapa waktu ia sudah berada di daerah tersebut untuk memberi pelatihan.
“Saya lihat penghijauan sekaligus memperbaiki konflik. Ternyata ada pesan perdamaian dari penghijauan ini. Sekarang kondisinya sudah lebih baik tapi ya masih bertahap. Ini (perdamaian) jadi berproses alami,” tukas Wayan.
“Dengan kesibukan masing-masing di program pembibitan, mereka jadi berkurang minum-minum Sofi-nya, bertikainya juga jadi kurang karena mereka jadi ada mainan sendiri (merawat pembibitan). Kalau habis dari hutan (berkebun) mereka lalu urus sini (lahan pembibitan). Di sini sebenarnya ada banyak potensi sumber daya alam untuk didayagunakan masyarakat, hanya kurang diarahkan makanya perlu diarahkan,” sambungnya.
Mengenai program yang membawa perdamaian juga diakui oleh pihak Kodam Pattimura. Hal serupa pun terlihat dalam pelatihan budidaya ikan laut di mana pesertanya juga ada yang dari kedua desa tersebut.
“Itu selama pelatihan mereka tidurnya kan di barak. Jadi nggak sengaja, ternyata ada yang warga Morella dan Mamala tidurnya sebelahan. Mereka ya seperti biasa ikut aktivitas pelatihan sama-sama,” ungkap Kapendam Pattimura Kolonel Hasyim saat dikonfirmasi.
“Bahkan waktu pembukaan pelatihan kemarin, dua orang ini salaman. Padahal selama satu tahun nggak pernah mereka mau salaman. Ternyata perdamaian berjalan dengan sendirinya melalui program-program ini secara natural,” tutupnya.
sumber;Detik.com