TOTABUAN.CO – Menteri Koordinator Bidang Perkonomian Sofyan Djalil mengatakan penghapusan produk premium atau bensin dengan oktan 88 akan berdampak pada penutupan kilang-kilang milik PT Pertamina (Persero).
Sebabnya, kilang tersebut sudah terlalu tua dan tak mampu memproduksi bensin dengan kadar oktan yang lebih tinggi. Hal ini yang menurut Sofyan, menjadi dilema baik bagi Pertamina maupun pemerintah.
“Kalau kita mau hilangkan Ron (research octane number) 88, maka terpaksa kita tutup semua kilang. Implikasinya, kalau kita tutup kilang, terpaksa impor 100 persen produk minyak,” ujarnya di kantor Kemenko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Jumat (17/4/2015).
Menurutnya, perbaikan kilang Pertamina semestinya bisa dilakukan dari dulu saat dirinya menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Ketika itu, Direktur Utama Pertamina, Ari Soemarno sempat memberikan presentasi untuk perbaikan kilang.
Akan tetapi, alasan adanya mafia migas yang tak mengehendaki perbaikan saat itu menyebabkan perbaikan kilang tak terlaksana. Padahal sejumlah investor sudah berminat untuk kerja sama perbaikan kilang Pertamina tersebut.
“Kalau kita sudah punya kilang, kita kan sudah punya minyak mentah sendiri sehingga bisa disuling di dalam negeri. Kita impor minyak mentah yang harganya lebih murah, USD50 per barel, daripada beli produk minyak yang harganya bisa USD70 per barel,” pungkas dia.
sumber: metrotvnews.com