TOTABUAN.CO – Uang buatan Perusahaan umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) diklaim telah diakui kualitasnya oleh negara lain. Bahkan, Nepal dan Argentina memesan uang mereka dari perusahaan pelat merah Indonesia ini.
Kepala Divisi Percetakan Uang Perum Peruri Samad Haryono membeberkan tahap demi tahap proses pencetakan uang kertas yang dilakukan pihaknya.
Proses awal dimulai dari engraving, yakni proses mendesain cetakan uang. “Jadi nanti Bank Indonesia menggambarkan keinginan desain uangnya seperti apa, kemudian oleh designer-designer kita akan menginterpretasikan ke dalam bentuk gambar,” ujar Samad.
Usai disetujui Bank Indonesia (BI), desain tersebut bakal dibuat dalam bentuk pelat. “Kalau zaman dulu buatnya dengan metode mencungkil. Kalau sekarang sudah menggunakan laser,” jelas Samad.
Selanjutnya, lanjut Samad, pelat tersebut akan memasuki proses printing. Proses printing ini sendiri terbagi menjadi dua.
“Pertama offset printing, yakni gambar akan dicetak rata dengan kertas yang sudah disiapkan. Biasanya gambar pemandangan yang di dasar-dasarnya itu yang dicetak di offset printing,” tuturnya.
Proses kedua ialah intaglio printing. Di sini gambar yang dicetak akan tidak rata dengan kertas, seperti menggumpal. “Biasanya ini untuk gambar pahlawannya. Teknik ini untuk membedakan uang asli dan palsu,” tuturnya.
Proses selanjutnya, lanjut Samad, yakni storage. Di tahap ini, uang tersebut sekaligus masuk proses inspeksi atau pemeriksaan terhadap uang kertas. “Nanti akan terlihat uang kertas yang gagal dan lolos,” tuturnya.
Inspection sendiri bisa dengan dua cara, yakni menggunakan mesin dan manual. “Kalau dengan mesin, bisa terlihat perbedaannya. Jadi titik sedikit saja itu sudah dinyatakan gagal,” ucapnya.
Sementara, untuk inspeksi manual pihaknya menggunakan teknik membuat kartun di atas kertas. Cara ini sama seperti pembuatan film kartun.
“Jadi kalau buat kartun di kertas itu kan, jika kita buka lembar per lembarnya secara cepat maka akan terlihat cerita dari kartunnya kan,” jelasnya.
“Nah begitu juga dengan pemeriksaan manual di sini. Karena gambar di tiap lembarnya sama, maka jika terlihat sedikit saja yang berbeda maka akan cepat ketahuan. Itu kenapa mereka (pekerja manual inspection) membuka kertas dengan cepat,” paparnya.
Setelah melalui proses inspeksi, tahap selanjutnya yakni numbering. “Pemberian angka dan huruf di sisi atas dan bawah uang kertas,” tuturnya.
Setelah diberikan nomor, maka bilyet uang kertas tersebut bakal kembali melalui tahap inspeksi. “Karena bisa saja terjadi kesalahan dalam penomoran,” ucapnya.
Samad melanjutkan proses selanjutnya yakni pemotongan bilyet. “Cut and pack. Di mana setelah dipotong maka akan dipack sebanyak 100 lembar per bilyet,” tuturnya.
Proses terakhir yakni packaging. “Di sini akan dibuat 1.000 lembarnya per bilyet serta dibandling, yakni semacam pengiketan yang diatasnya tertulis nominal satu lembarnya per bilyet tersebut. Seperti Rp 50.000,” tandasnya.
aumber: merdeka.com