TOTABUAN.CO — Warga Gorontalo Utara meminta agar pemerintah setempat segera menggelar operasi pasar. Hal ini sebagai upaya meringankan warga dari tingginya harga beras. Reni, warga Cisadane, mengungkap kalau upah sang suami langsung ditukar beras demi kebutuhan.
“Saya tidak mampu membeli beras dengan harga yang terus naik saat ini, terpaksa upah suami sebagai buruh tani ditukar dengan beras agar kebutuhan konsumsi keluarga dapat terpenuhi,” ujar Reni Modanggu, warga Cisadane, Kecamatan Kwandang, Selasa (10/3).
Hal yang sama diungkapkan Robiatun Usman, penjual nasi kuning di pasar Moluo, Kwandang. Perempuan berusia 47 tahun ini mengaku, harus pasrah dengan menurunnya omset jualan.
Pasalnya harga nasi kuning yang ia jual kisaran Rp 3.000-Rp 5.000 per piring. Sedangkan harga beras cukup tinggi sehingga untuk meraup keuntungan lebih dari Rp 50.000 per hari sangat sulit.
“Saya berharap agar harga beras tidak terus naik dan segera stabil minimal Rp 6.500 per liter atau Rp 7.000-Rp 8.000 per kilogram, melalui intervensi Pemerintah Daerah dengan menggelar operasi pasar murah secara intensif,” ujar Robiatun.
Sementara itu, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan (Diskoperindag) Gorontalo Utara, Karlina Yahya mengatakan, hingga saat ini pihaknya terus memantau stok beras di pasar-pasar tradisional. Stok beras masih cukup, meski harganya naik di kisaran Rp 9.000 per liter atau Rp 11.000 per kilogram.
Selain terus memantau alat takar timbang perlengkapan (ATTP) para penjual beras agar tidak berlaku curang, mengingat harga beras yang tinggi, pihaknya kata Karlina terus berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Gorontalo untuk menggelar bazar murah. Beberapa kecamatan telah terjangkau operasi bazar murah khusus beras, untuk menanggulangi tingginya harga.
sumber : beritasatu.com