TOTABUAN.CO — Jakarta mendapat gelar menjadi kota paling macet sedunia berdasarkan survei dari Castrol Magnatec. Berdasarkan survei itu, Stop-Start (berhenti berjalan) lalu lintas di Jakarta mencapai 33.240 kali. Nilai itu termasuk nilai paling tinggi dibandingkan dengan jumlah Stop-Start 77 negara lainnya.
Salah satu terobosan yang dianggap bisa mengurai kemacetan di Ibu Kota adalah penggunaan infrastruktur yang maksimal seperti halnya terminal. Yaitu segera mengoperasikan Terminal Bus Pulo Gebang di Jakarta Timur.
“Itu salah satu alternatif untuk mengatur dan mengatasi kemacetan yang ada,” kata Pengamat Transportasi dari Universitas Indonesia (UI) Ellen Tangkudung saat dihubungi, Jakarta, Senin (9/2).
Terminal Bus Pulo Gebang di Jakarta Timur memiliki luas dan fasilitas yang telah dibangun. Terminal yang luasnya mencapai 14,5 hektar itu sampai saat ini belum dioperasikan. Padahal pembangunannya sudah selesai sejak tahun lalu.
Apabila Terminal Pulo Gebang sudah beroperasi penuh, maka kemacetan di kawasan Jakarta Timur akan berkurang. Sebab, seluruh bus AKAP akan bergerak menuju terminal yang berlokasi di perbatasan Bekasi tersebut.
“Itu terkait pengelolaan trayek supaya angkutan umum ada ujungnya. Tidak asal ngetem,” jelasnya.
Setiap harinya, diprediksi sekitar 1.000 armada bus AKAP yang beredar di sepanjang jalan Perintis Kemerdekaan, Pemuda, Pramuka dan Rawamangun akan bergeser ke wilayah timur Jakarta bila Terminal Pulo Gebang dioperasikan. Jika demikian, maka diperkirakan pergerakan 40.000 orang penumpang beserta kendaraan pengantar akan berpindah ke Terminal Pulo Gebang.
Ke depannya diharapkan semua bus AKAP yang ada di Terminal Pulo Gadung dan Terminal Rawamangun akan berpindah ke Terminal Pulo Gebang. Sehingga, kemacetan di Jakarta paling tidak bisa diatasi di sejumlah titik bila Terminal Pulo Gebang tersebut beroperasi.
Untuk diketahui, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat juga telah blusukan ke Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. Djarot kagum dengan pembangunan terminal yang menghabiskan dana milyaran rupiah tersebut.
“Saya barusan, tadi pagi ke sana, melihat luas dan bangunannya. Itu bisa jadi luasnya itu enggak cuma sekadar paling luas di Jawa, tapi paling luas di Asia. Lahannya 14,5 hektar, dan bangunannya tiga lantai,” kata Djarot pekan lalu.
Djarot menilai, potensi yang dimiliki terminal tersebut sangat besar. Terminal itu nantinya juga dapat menjadi lahan bisnis bagi para pelaku usaha kecil.
“Dishub harus segera mengoperasikan secara maksimal. Kita target tiga bulan harus jalan,” tegasnya.
sumber : merdeka.com