TOTABUAN.CO — Sebanyak 13 tokoh lintas agama menggelar doa bersama di pelataran Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Jumat (6/2).
Para tokoh agama ini berharap kisruh antara dua lembaga penegak hukum, KPK dan polri segera berakhir.
Menurut Tokoh muslim, Ahmad Suaedy, 13 tokoh yang mewakili beragam agama di Indonesia ini tidak memiliki senjata untuk mengatasi berbagai persoalan bangsa termasuk kekisruhan yang terjadi antara KPK dan polri. “Kita tidak memiliki senjata api dan senapan mesin. Senjata kita cukup doa dan perjuangan,” katanya.
Tokoh Katolik, Romo Harry mengatakan, KPK simbol pemberantasan korupsi harus dijaga dan diselamatkan, sementara kepolisian merupakan simbol keamanan negara. Untuk itu, Harry berhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) segera mengambil tindakan cepat untuk menyelamatkan kedua institusi tersebut.
“Semoga Presiden Joko Widodo bisa mengambil tindakan yang cerdas dan cepat dari berbagai kerusakan moral. Karena saat ini situasi yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar,” katanya.
Harry berharap polisi dan KPK dapat menghadapi segala cobaan. Diharapkan, cobaan yang dihadapi saat ini dapat menguatkan bangsa Indonesia. “Cobaan ini tidak akan menghancurkan polisi, dan KPK, tetapi justru menguatkan bangsa Indonesia,” harapnya.
Selain Harry dan Ahmad Suaedy sejumlah tokoh lain yang hadir dalam doa bersama di antaranya, tokoh Sikh Ben Rahal, Zafrullah Pontoh dari Ahmadiyah, Emilia dari Syiah, tokoh Bahai Sheila Soraya, Herlianto Widagdo dari Khong Hu Cu, Jo Priastana dari Budha, tokoh Kristen Pendeta albertus patty, dan Pater Matteo dari Katolik, serta Suryanandar yang mewakili Taoisme.
Selain itu, hadir juga Ketua Seknas Jaringan GUSDU Rian, Alissa Qotrunnada Munawaroh Rahman atau Alissa Wahid yang merupakan putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
sumber : beritasatu.com