TOTABUAN.CO — Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat mempertanyakan indikator survei The Economist Intelligence sampai menyebut Jakarta sebagai kota yang tidak aman. Pasalnya, Survei The Economist Intelligence menempatkan DKI Jakarta sebagai kota paling tak aman sedunia.
“Dari hasil survei itu kan kita harus mengetahui apa indikator-indikatornya,” kata Djarot saat berbincang di Prime Time News Metro TV, Kamis (29/1/2015) malam.
Tidak semata-mata langsung menyalahkan survei The Economist Intelligence yang ada, Djarot pun mengambil sisi positif dari adanya riset tersebut.
“Ya, tetapi terlepas dari itu semua, hasil survei ini juga membikin kita untuk instropeksi dan mengaktifkan berbagai macam lembaga-lembaga di masyarakat yang sekarang sudah terbentuk, serta sinergi yang lebih kuat antara pemerintah DKI dengan jajaran TNI dan Polri, untuk menjaga situasi keamanan masyarakat di DKI,” imbuh Djarot.
Djarot menyebutkan, beberapa kasus yang paling banyak ditemukan Pemprov DKI di Jakarta, didominasi oleh kejahatan kategori ringan sampai sedang. Misalnya curanmor, penjambretan dan penipuan.
“Jadi terus terang saja kami tidak mengetahui indikator indikator utama apa saja yang masuk kriteria sehingga Jakarta di tempatkan pada nomor urut 50 (kota paling tidak aman di dunia),” ujar Djarot.
Meskipun ditempatkan sebagai kota yang tidak aman sedunia, Djarot tidak merasa kecewa. Pasalnya, ketika dirinya melakukan blusukan dan menanyai warga, banyak yang menyebutkan bahwa situasninya aman.
sumber : metrotvnews.com