TOTABUAN.CO — Sebulan menjelang perayaan pergantian tahun baru Imlek, perajin lampion di Solo kebanjiran pesanan. Omzet mereka pun melonjak hingga 300 persen.
Dibandingkan dengan perayaan Imlek tahun sebelumnya, pesanan lampion tahun ini mengalami peningkatan.
Menurut salah seorang perajin lampion di Solo, Hanif Marimba, dirinya mendapatkan pesanan hingga 3.500 buah lampion. Jumlah pesanan ini lebih banyak daripada tahun lalu yang hanya 2.500 buah.
“Pesanan sudah mulai berdatangan sejak September lalu dan puncaknya bulan ini,” kata dia.
Hanif mengaku pemesan kebanyakan dari luar kota Solo. Dia mengatakan pemesan terbanyak dari Jakarta dan Bali. Hanif mengaku sudah membuat dan mengirim tidak kurang dari 2.000 lampion.
“Kebanyakan yang memesan untuk dipasang di hotel dan pusat perbelanjaan seperti pertokoan dan mall-mall,” ujarnya.
Pemilik kios lampion di Widuran ini mengatakan dirinya memiliki 50 jenis lampion dengan ukuran yang berbeda-beda. Lampion bikinan Hanif merupakan kerajinan tangan yang dijual mulai dari puluhan ribu rupiah hingga ratusan ribu.
“Tergantung tingkat kesulitan dan ukuran lampion. Untuk lampion ukuran 20 sentimeter hanya Rp 25.000,” kata dia.
Perayaan Imlek yang kini tidak hanya tradisi warga keturunan Tionghoa mendatangkan berkah bagi Hanif dan perajin lampion lainnya. Menurut Hanif, pada tahun lalu, menjelang Imlek dirinya meraup keuntungan hingga Rp 120 juta dari penjualan lampion.
Imlek tahun ini jatuh pada tanggal 19 Februari 2015. Di Solo, Imlek telah menjadi kalender wisata rutin yang diagendakan pemerintah setempat. Biasanya, pada malam pergantian tahun, masyarakat akan melepas lampion yang berisi pengharapan dan doa-doa.
“Lumayan penghasilannya. Juga membuka lapangan kerja karena untuk memenuhi pesanan menjelang Imlek, kami harus menambah karyawan hingga 25 orang,” ujar Hanif.
sumber : beritasatu.com