TOTABUAN.CO — Sebanyak 75 kepala keluarga (KK) di Dukuh Wangun, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, memilih mengungsi ke masjid setempat menyusul jebolnya tanggul Sungai Cabean. Mereka menolak diungsikan ke kampung tetangga karena merasa tidak diberi kebebasan.
“Tadi malam sudah kami rembuk dengan sesepuh, mereka pilih naik ke atas masjid. Di situ sudah dibangun tempat yang diperuntukkan situasi seperti ini,” kata Raswan, koordinator Tim SAR dari BPBD Kabupaten Demak, di Posko Karangawen, Selasa (13/1/2015).
Menurut dia, kejadian serupa di Dukuh Wangun juga terjadi pada 2012. Warga kemudian diungsikan ke desa tetangga yang terbebas dari banjir.
“Pengalaman 2012, diungsikan ke desa sebelah. Namun, warga keberatan karena di desa sebelah itu mereka kurang bebas karena penggunaan air. Kemudian MCK (mandi, cuci, dan kakus) merasa tidak bisa bebas, selalu diomeli,” ungkap Raswan.
Alhasil, ketika Dukuh Wangun kembali diterjang banjir, warga memilih mengungsi ke masjid. Menurut Raswan, warga sengaja membangun masjid tersebut sekaligus untuk tempat evakuasi apabila sewaktu-waktu diterjang banjir. “Warga pilih bertahan. Termasuk, posko kesehatan ada di masjid itu,” ungkapnya.
Adapun di Dukuh Cabean Kidul dan Tengah, kata Raswan, warga justru meminta dibuatkan tempat pengungsian. Rencananya, Tim SAR akan mendirikan tenda besar di bantaran Cabean sebagai tempat evakuasi.
“Kami siapkan tenda pengungsian, karena warga meminta. Namun karena tenda besar sekali dan tempatnya satu-satunya ada di bantaran sungai, kami pending dulu tunggu alat berat masuk. Setelah alat berat masuk kita dirikan,” terangnya.
Menurut Raswan, pihaknya mendatangkan tiga unit alat berat dari Semarang untuk segera memperbaiki tanggul sungai yang jebol. “Alat berat itu untuk menutup jebolan. Manual tidak mampu. Paling tidak harus tiga unit. Harus segera ditutup. Kalau tidak, alur dari sungai masuknya ke Dukuh Wangun,” terang Raswan.
sumber : okezone.com