TOTABUAN.CO — Dirops Basarnas Marsma SB Supriyadi mengatakan semua kegiatan pencarian korban dan upaya evakuasi ekor AirAsia QZ8501 di bawah laut masih menemui kendala. Bukan hanya penyelam namun juga alat remote operated vehicle atau ROV
“Penelitian di sembilan obyek yang ditentukan masih nihil hasilnya,” papar Supriyadi, kemarin. Temuan terbaru hanya penampakan slide scan benda dengan dimensi 10 x 5 m.
“Tapi itu baru hasil scaning, belum penyelaman. Besok (grup JPNN) kalau cuaca baik, kita akan laksanakan penyelaman,” imbuhnya. Basarnas juga menambah armada laut yang memiliki kekuatan slide scan bawah laut.
Penemuan lain yang terjadi sepanjang hari kemarin ialah empat benda berupa kotak aluminium berdimensi 25 cm x 25 cm x 50 cm dan dua botol air mineral 500 ml berlogo salah satu produsen air minum dalam kemasan yang di-branding AirAsia.
Dua benda lain adalah kantong plastik oksigen saat kondisi darurat dan serpihan dinding lambung kapal bagian dalam berukuran kurang dari 1 meter x 1 meter.
Kotak aluminium di bagian muka terdapat tulisan logo AirAsia di bagian tengah bawah dan tulisan “CREW WATER 24 BTL”. Bagian depan kotak pada sisi kanannya dilengkapi engsel untuk membuka kotak. Beratnya tidak lebih dari 2 kilogram.
Sedangkan kantong plastik oksigen warna putih doof yang tersambung masker warna kuning dan selang sepanjang 40 sentimeter tidak termasuk tabung O2 portable yang biasa tersimpan di bawah almari kabin dalam penumpang pesawat.
Empat objek itu diamankan tiga personel penyelam TNI AL. Dua penyelam di antaranya, Serma Mar Boflen Sirait dan Serka Mar Oo Sudarmo yang kali pertama menemukan bagian belakang pesawat pada penyelaman keempat Rabu (8/1).
Mereka dibantu seorang penyelam Dinas Penyelamatan Bawah Air Komando Armada RI Kawasan Barat Kelasi Navigasi (Nav) Edi Susanto untuk merekam proses pencarian dalam bentuk kamera video dan kamera foto bawah air.
Menurut Komandan Gugus Keamanan Laut Armabar Laksamana Pertama TNI Abdul Rasyid yang mengomando dari KRI Banda Aceh, penyelaman kali ketujuh dimulai pukul 06.53 di kedalaman 33 meter dengan jarak pandang semeter.
Cuaca mendung disertai sesekali hujan membuat penerangan di bawah permukaan air redup. Butuh waktu sampai 3 menit untuk sampai dasar tempat pesawat terbenam.
“Menindaklanjuti penemuan sehari sebelumnya, saya perintahkan penyelam yang sama turun untuk mempermudah pekerjaan karena sudah tahu jalan ke mana menuju sasaran,” ujar Rasyid didampingi tim penyelam gabungan.
Boflen cs butuh waktu sekitar tiga menit karena lokasi sudah ditandai berupa tali penanda pelampung buoy warna oranye menuju dasar laut.
Di bagian ekor pesawat yang terbenam juga sudah dipasangi pemancar sinyal beacon dari kapal Geo Survey. Pemancar untuk menandai bahwa lokasi tersebut sudah diselami. Harapannya pada penyelaman berikutnya, penyelam diarahkan ke bagian lain badan pesawat.
Dalam penyelaman kemarin, tiga penyelam itu berusaha masuk ke dalam ruang kabin belakang. Kondisi sepertiga badan bagian belakang miring ke kanan dengan bagian depan agak terangkat. “Posisi seperti nungging. Ekornya terlihat nancap di lumpur dasar laut,” terang Boflen.
Di dalam ruangan yang cahayanya remang-remang itu mereka ekstra hati-hati. Penyelaman ketujuh kemarin pagi berlangsung lebih lama dari sebelumnya. Masing-masing penyelam dibekali dua tabung yang terikat di punggung. Pada penyelaman keempat-keenam sehari sebelumnya, masing-masing personel membawa sebuah tabung saja.
“Banyak objek seperti kabel-kabel di bodi dalam pesawat membuat kami tidak bisa leluasa bergerak. Kami hanya bisa membawa benda-benda tersebut khawatir terlilit di dalam ruangan,” beber penyelam kelahiran Medan berumur 46 tahun itu.
Penyelam pasangannya, Oo Sudarmo kompak. Tekadnya membawa benda dari dalam ruangan kabin AirAsia sebagai bukti. Pada penyelaman sehari sebelumnya, mereka masih mengobservasi dan memotret sejumlah bagian bodi belakang.
“Begitu mengetahui itu ekor pesawat, saya sempat memeluknya lantaran merasa suka cita,” kenang penyelam dari Garut itu.
Dalam penyelaman lanjutan itu hingga masuk ke dalam ruang pesawat, mereka melihat lemari kabinet tempat menyimpan makanan penumpang. Pada bagian atasnya kotak tempat air minum kru. Saat dia buka, jumlahnya masih penuh. Lantaran saat ditarik dengan kotaknya terasa berat, beberapa botol air mineral mereka keluarkan.
“Agak buru-buru juga membawanya jadi banyak botol terjatuh,” lanjutnya. Penyelam berusia 43 tahun itu merasa situasi pagi kemarin lebih berat dari penyelaman sebelumnya. Kecepatan arus bawah tercatat sekitar 2-3 knot.
Dari dua tabung oksigen yang mereka bawa, satu tabung habis dan satu tabung lagi nyaris tidak tersisa. Sebelum tabung kedua ludes, Boflen memutuskan mereka naik ke perahu karet.
Sedangkan Edi sebatas ditugasi mendokumentasikan aktivitas dua rekannya dan merekam bagian-bagian badan belakang pesawat dari berbagai sudut. “Berhubung dokumentasi pada penyelaman sebelumnya hanya berupa foto, saya diperintah mengambil gambar bergerak dengan kamera video,” timpal Edi.
Di tempat yang sama, supervisor penyelaman gabungan Kapten Laut (P) Wido Dwi Nugraha menjelaskan, sebanyak 57 penyelam gabungan TNI AL dari empat satuan sampai kemarin menempati dua posko. Empat satuan itu Dinas Penyelamatan Bawah Air dan Satuan Komando Pasukan Katak Koarmabar, Batalyon Intai Amfibi Pasukan Marinir-2 Jakarta, dan Detasemen Jala Mengkara.
Posko pertama di kapal Geo Survey diperkuat 17 penyelam. Selebihnya yang 40 siaga di KRI Banda Aceh. Berdasarkan rencana penyelaman kemarin, mereka menurunkan tujuh perahu karet. Pada penyelaman pagi, sebanyak tiga perahu karet beroperasi di atas buoy, penanda lokasi bagian belakang pesawat.
“Masing-masing perahu karet ada lima personel dengan rincian tiga penyelam, seorang motoris, dan seorang attandent (pengatur lalu lintas) distribusi peralatan,” tukasnya.
sumber : jpnn.com