TOTABUAN.CO — Pesawat Airbus A320-200 milik AirAsia dengan nomor registrasi PK-AXC dan nomor penerbangan QZ8501 dinyatakan hilang pada Minggu (28/12/2014). Dua hari kemudian atau Selasa (30/12/2014) Badan SAR Nasional (Basarnas) menemukan serpihan pesawat dan jasad penumpang di Selat Karimata.
Basarnas merilis dugaan sementara, pesawat jatuh di perairan dekat Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Lalu, Pangkalan Udara Iskandar, Pangkalan Bun resmi dijadikan pusat evakuasi.
Tempat ini menjadi titik berkumpulnya tim SAR gabungan, yang terdiri dari Basarnas, TNI dan Polri serta pihak lain yang bergabung mencari keberadaan pesawat. Petugas Basarnas tampak mengenakan baju oranye, TNI dan Polri yang selalu sigap membantu juga memakai seragam kebesarannya masing-masing.
Selain itu, ada juga para wartawan yang sejak tempat ini dijadikan titik evakuasi berada di sana mencari informasi terbaru. Jumlah para pewarta ini mencapai ratusan. Tak ketinggalan juga para relawan yang juga turut membantu. Semua sibuk dengan tugas masing-masing.
Sejak resmi menjadi pusat evakuasi, pangkalan udara ini pun mendadak sesak dipenuhi orang. Hingga hari kesebelas pencarian Rabu (7/1/2015) tempat ini tak pernah lengang.
Di balik kesibukan di Pangkalan Bun, jangan pernah melupakan peranan orang-orang yang menyediakan makanan bagi mereka yang tengah bertugas. Orang-orang ini ingin ikut terlibat. Bukan untuk pencitraan, tapi benar-benar ingin aksi. Banyak warga setempat dan perusahaan swasta serta BUMN yang mendirikan tenda makanan dan minuman.
Dari nasi bungkus sampai camilan atau sekadar es teh manis untuk mengganjal lapar setelah berkegiatan sepanjang hari tersaji di tenda-tenda itu. Semuanya gratis.
Salah satunya tenda yang didirikan oleh istri-istri tentara yang didirikan sejak 30 Desember 2014 lalu. Di tenda ini tersedia mie instan, kopi, es teh manis, buah-buahan, gorengan sampai air mineral.
“Pagi kita sediakan kopi dan snack. Kalau sore buah-buahan dan gorengan,” kata Lidya Evilinawati salah seorang inisiator mendirikan tenda itu, saat berbincang dengan Metrotvnews.com.
Lidya dan para koleganya merogoh kocek sendiri untuk mendirikan tenda itu. “Kami ikhlas,” katanya. Selain dari dana sendiri, mereka juga menerima bantuan sukarela dari pihak lain yang punya niat sama, membantu atas nama kemanusiaan.
Ada banyak posko yang berdiri, beberapa posko tak hanya menyediakan makanan ringan dan minuman. Beberapa diantaranya menyediakan nasi bungkus dengan lauk seadanya. Posko lainnya, menyediakan tahu-tempe dengan sayuran dan telur goreng yang tersaji di atas nasi putih yang masih hangat.
Keberadaan tenda dan posko-posko ini cukup membantu. Lauk seadanya pun ludes disantap mereka yang bertugas. Siapa pun dibolehkan mengambil makanan dan minuman yang mereka inginkan. Tim evakuasi gabungan, relawan atau wartawan bebas melahap apa yang disajikan.
Siang ini, hari kesebelas, sejumlah tim evakuasi gabungan, relawan, dan wartawan mengantri di sebuah tenda untuk sebungkus nasi. Di tenda lainnya, sejumlah orang mengantri untuk satu atau dua buah potongan nanas yang diharapkan bisa memberikan kesegaran di siang yang terik. Mereka dilayani dengan baik.
Selain makanan dan minuman, ada juga yang menyediakan cuci pakaian gratis. Semua bahu membahu, beraksi atas nama kemanusiaan.
sumber : metrotvnews.com