TOTABUAN.CO — Umat Hindu di Bali merayakan hari suci Kuningan yang jatuh pada hari kesepuluh Hari Raya Galungan, Sabtu (27/12/2014). Hari suci Kuningan bermakna memperingati kemenangan dharma (kebaikan) melawan adhara (keburukan).
Mengenakan busana adat Bali, umat berduyun-duyun ke Pura Sakenan sambil membawa sesajen. Hari Raya Kuningan bertepatan dengan upacara besar (piodalan) di pura tersebut.
Persembahyangan berlangsung sejak pagi hingga sore hari bahkan akan berlangsung selama tiga hari, yakni sehari sebelum dan sesudah Hari Suci Kuningan.
Pihak panitia dan bendesa adat Serangan dalam mengantisipasi membeludaknya umat bersembahyang ke Pura Sakenan dengan menerapkan antrean masuk ke mandala utama (areal utama). Dengan demikian, proses persembahyangan dapat berlangsung tertib dan khusyuk.
Selain itu, panitia juga menyediakan areal parkir yang cukup luas untuk sepeda motor dan kendaraan serta berkoordinasi dengan pecalang atau petugas keamanan desa adat setempat.
Pura Sakenan adalah salah satu Pura “Sad Kahyangan” (pura besar) memiliki keunikan dan keistimewaan dibanding tempat suci lainnya di Pulau Dewata, yakni terdapat “Persada” berupa bangunan yang bertingkat-tingkat seperti limas.
Menurut sejarah Pura Sakenan dibangun oleh Asthapaka, seorang pendeta Buddha. Hal itu dilakukan karena pendeta kagum akan keindahan laut yang berpadu dengan keindahan daratan.
Pendeta merasakan bahwa di tempat itu ada suatu kekuatan suci, sangat baik untuk memuja Tuhan demi keselamatan dan kesejahteraan umat manausia.
Sementara jalan-jalan di kota Denpasar dan sekitarnya pada Hari Suci Kuningan agak lengang dibanding hari-hari kerja biasa.
sumber : okezone.com