TOTABUAN.CO — Puluhan orang meninggal setelah menenggak minuman keras oplosan. Kriminolog, Bambang Widodo Umar, menilai frustasi sebagai penyebab utama miras murah meriah ini laris manis di pasaran.
“Masyarakatnya sedang stres. Ini mendorong mereka untuk mengonsumsi minuman keras yang murah untuk sekadar mengalihkan perasaan galaunya tadi,” kata Bambang kepada Okezone, Sabtu (6/12/2014).
Tidak hanya itu, tambah Bambang, masuknya budaya mengonsumsi miras yang diperkenalkan orang asing mendorong masyarakat yang tengah stres untuk mencicipi minuman memabukkan itu lalu menjadi kebiasaan. Walhasil, mereka terus terus terdorong untuk menenggak miras, baik yang legal maupun illegal (oplosan) untuk sekadar menenangkan pikiran.
“Ini telah dimanfaatkan oleh asing. Mereka beredar di Indonesia, narkotika atau jenis usaha minuman keras tidak mendapatkan izin masuk ke Indonesia. Jadilah minuman oplosan, yang diracik sendiri,” tambahnya.
“Ini kemudian dimanfaatkan oleh mereka karena banyak penduduk Indonesia yang suka meminum minuman keras. Mereka untung besar, kadang juga ada penyelundupan,” ujar Bambang.
Pengajar di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisan (PTIK) ini pun mengimbau kepada pihak kepolisian untuk dapat bertindak secara konsisten dalam memberantas minuman keras oplosan, maupun narkoba.
“Jangan anget-anget tahi ayam, kalau lagi ramai baru bertindak. Tidak ada yang meninggalpun warung-warung kalau ada informasi warung itu ada jual minuman keras oplosan, harus ditindak harus dikecam dan tidak boleh pilih-pilih,” simpulnya.
sumber : okezone.com