TOTABUAN.CO — Aksi kekerasan yang dilakukan senior kepada juniornya di lembaga pendidikan terus saja terjadi. Siswa SMK Pelayaran di Surabaya, DT (16) menjadi korban kesekian. Gara-gara tidak terima anaknya DT dianiaya kakak kelasnya, orang tua korban melapor ke polisi.
Erna Indrawati, orang tua DT, warga Dusun Gunung Remuk, Desa Kampung Anyar, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi mendatangi Polda Jatim, kemarin (21/11). Menurut Erna, pihak sekolah dinilai lamban dalam menangani kasus tersebut. Pihak sekolah juga tidak memberikan sanksi kepada para senior yang melakukan penganiayaan terhadap anaknya. Karena sebulan digantung nasibnya, dia melapor ke Polda Jatim.
“Sudah ditunggu sebulan, tapi tidak ada tindakan,” kata Erna, seusai melapor ke SPKT Polda Jatim, kemarin.
Berdasarkan cerita yang disampaikan anaknya, penganiayaan oleh para seniornya itu dilakukan pada 26 September 2014. Saat itu, anaknya sedang keluar asrama untuk mengambil uang di ATM. Namun ketika kembali masuk asrama, dia langsung dimarahi seniornya. Tak hanya lewat mulut, korban dipukul memakai helm. Anaknya juga diminta untuk berdiri di samping tempat jemuran belakang asrama. Di situ, penganiayaan kembali terjadi.
DT dipukuli berkali-kali hingga tidak bisa berdiri. Setelah itu, DT diperbolehkan kembali ke asrama. Namun, itu dilakukannya dengan cara merayap. Karena oknum seniornya menilai bahwa cara merayap DT tidak serius, dia akhirnya dipukul kembali.
Kali ini, pemukulan makin parah hingga anaknya jatuh pingsan. Korban dibawa ke klinik asrama. Namun, karena khawatir, akhirnya dilarikan ke
RSUD dr Soetomo. Pihaknya meminta kasus itu diproses sesuai hukum yang berlaku. Tujuannya agar tidak ada korban lagi di kemudian hari.
sumber : jpnn.com