TOTABUAN.CO — Dinas Pendidikan DKI Jakarta sudah membubarkan geng pelajar yang selama ini cukup eksis di 15 Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk menekan angka tawuran di Jakarta, pihak Disdik terus memburu geng-geng pelajar dari sekolah-sekolah lainnya.
Lasro menyadari rencananya itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi, mereka berdiri tidak resmi dan tersembunyi.
“Jadi kita harus dengan berbagai cara untuk mengetahui di mana aja adanya. Tapi kami yakin, banyak di sekolah lain. Nah saya sudah jalan, tadi pagi saya jalan,” jelasnya di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (17/11).
Bahkan, Lasro menanyakan langsung kepada warga yang berada di sekitar sekolah mengenai keberadaan geng pelajar.
“Saya tanya sana sini di lingkungannya. Ada enggak yang seperti ini. Pernah enggak lihat anak-anak sekolah di sini yang nongkrong-nongkrong. Saya akan lakukan ini lagi,” ungkapnya.
Menurut Lasro, sekolah yang berada di kawasan Jakarta Selatan menjadi lokasi paling banyak memiliki geng pelajar bermotor. Selain karena jumlah sekolah yang banyak, tingkat ekonomi yang lebih tinggi juga mempengaruhi keberadaan mereka.
Sebagai solusi untuk mengatasi adanya geng motor, Lasro mengatakan, perlu partisipasi dari sekolah, guru dan orang tua. Sebab siswa yang tergabung dalam geng motor pasti juga memiliki keinginan untuk bahagia dan sukses ke depannya.
“Mari kita mendidik dengan hati dan komitmen. Bahwa kegiatan anak didik di sekolah dan di luar sekolah itu tanggung jawab bersama. Jadi harus komitmen tiga pihak ini,” tutup Lasro.
sumber : merdeka.com