TOTABUAN.CO — Kekerasan kembali menimpa insan pers. Kali ini korbannya adalah Christian, wartawan Sinar Harapan yang mengalami kekerasan di Kantor Kementerian Perhubungan RI (Kemenhub), Gambir, Jakarta Pusat.
Dia dikeroyok dan diseret beramai-ramai oleh satpam setempat, gara-gara masalah sepele.
Tidak hanya itu, korban juga diancam akan ditusuk jika sewaktu-waktu bertemu di luar. ”Saya terluka di tangan karena kena cakaran saat diseret-seret sekitar enam satpam. Bukan masalah lukanya, tapi kekerasan dan teror satpam-satpam itu yang bikin saya tidak terima. Mereka itu preman, bukan satpam,” ungkap Cris yang ditemui pascakejadian kemarin.
Kejadian berawal sekitar pukul 12.00. Ketika itu Chris bukan dalam rangka meliput berita, namun mengantarkan istrinya, Fri, untuk mengirim pesanan barang perabotan rumah tangga merek Tupperware.
Chris sehari-hari bertugas di kantor Wali Kota Jakarta Pusat, yang memang dekat dengan Kantor Kemenhub.
”Istri saya kan distributor Tupperware, pesanannya memang banyak dari pegawai Kemenhub,” terangnya. Lalu, Chris menghentikan mobil Suzuki R3 di halaman lobi Gedung Karya Kemenhub.
Di sana, dia dan istrinya bergegas mengeluarkan sejumlah barang dagangan. Barang itu sebagian dibawakan siswa magang untuk diantar ke pemesan melalui lift ke lantai 15. Sedangkan Chris menjaga sisa barang milik sang istri.
Saat itulah dia ditegur seorang security berbaju safari. Setelah dijelaskan, satpam itu membentak Chris untuk memindahkan mobilnya. ”Barangnya taruh saja. Lu pindahin mobil,” ujar Chris menirukan ucapan satpam itu.
Chris lalu meminta baik-baik kepada satpam itu agar diberi waktu sebentar. Dia mengatakan sedang menolong istrinya untuk mengangkut barang pesanan.
Namun satpam itu malah membentaknya dengan nada tinggi. ”Lu tak bisa dibilangin ya. Lu ini tamu,” ujar Chris yang kembali menirukan ucapan satpam itu.
Akhirnya, Chris protes karena merasa diperlakukan tidak adil. Dia melihat beberapa mobil lain parkir di lokasi drop off depan lobi gedung itu. Tetapi yang lain tidak diusir.
”Saya juga sering nge-drop barang di sana minimal dua bulan sekali, tidak pernah ada masalah. Kan cuman sebentar,” ungkapnya.
Dengan kesal, Chris akhirnya mau memindahkan mobilnya dan memarkirnya di luar gedung. Lalu dia kembali lagi ke lokasi semula membereskan sisa pekerjaannya untuk mengangkut barang.
Namun di tempat semula, satpam tadi masih tidak terima. Terjadilah cekcok mulut antarkeduanya yang mengundang perhatian satpam-satpam yang lain. Saat itulah Chris diseret-seret dipaksa menuju ke pos securiti.
”Saya kemudian tunjukkan kartu pers saya. Tapi ada yang bilang, emang pengaruh wartawan di sini,” ujarnya juga.
Akibatnya, tangan Chris tercakar oleh salah seorang satpam yang menyeretnya. ”Beruntung ada seorang satpam yang baik, langsung merangkul dan menjauhkan saya,” ungkapnya.
Walau dipisah, Chris masih menerima caci maki dan ancaman dari para pelaku. ”Awas kalau ketemu di luar, aku tuja (tusuk) kau,” ungkap Chris menirukan salah seorang satpam yang mengancamnya.
Setelah itu Chris menelepon Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Hendro Pandowo. Dia menyarankan Chris melapor ke Polsek Metro Gambir. Sebab perbuatan para satpam itu dinilainya masuk unsur tindak pidana. Hendro juga berjanji pihaknya akan memproses secara hukum para pelaku.
Di lain pihak, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenhub, Barata saat dikonfirmasi kejadian itu mengatakan Chris datang ke Kemenhub bukan dalam kapasitas sebagai wartawan. Dia juga menilai Chris salah parkir sehingga anak buahnya menegurnya.
Tapi dia mengaku tidak tahu jika anggota itu berbuat kasar. ”Saya juga sudah minta maaf. Nanti akan ada tindakan untuk anak buah saya,” paparnya
Sumber: jpnn.com